Teruntuk Ukhti Diana (1)

26 Sep 2010
Ada segores pedih saat kuukir namamu. Ribuan belati seolah menusuk hati meninggalkan gumpalan sedih di lubang rasa. Penyesalan yang tak berujung, membuatku mengutuki sendiri diri ini. Ya Allah, ampuni aku. Dan untuk Adik, maafkanlah kakak.

Aku ingat, pertama kali mengenalmu ketika kita masih berpakaian putih abu-abu. Aku masih teringat sinar matamu saat aku memasuki kelasmu. Waktu itu, kamu mengajak kami mengisi kosong waktu, sebuah majlis ilmu, kajian Jum’at di rohis. Begitulah rutinitas ini menjadi bagian dunia kita.

Dan waktu berlalu, dirimu terasa sangat berbeda. Kamu begitu dekat dengan kami, senior-seniormu, berbeda dengan teman-temanmu yang biasanya penuh segan. Tapi aku suka sifatmu, Dik. Aku seolah memiliki adik baru. Perhatianmu, terutama kepadaku. Di sela jam istirahat, kamu biasanya menawarkan coklat tak lupa sambil berbisik, “Kak, jangan bilang sama kak Uphi, aku cuma kasih kakak. He he he...” bilangmu seolah itu rahasia.

Aku tertawa menyambut coklat dengan wajah polos seolah tak tahu bagaimana kamu juga melakukan hal yang sama kepada Uphi. Ha ha ha... Mengenang caramu membuat kami semua merasa begitu kamu cintai. Ya Allah, begitu banyaknya dia mengajari kami.

Hari itu kamu mendatangiku, dengan wajah penuh semangat lebih dari biasanya. Kamu bertanya kepadaku, “Kak, aku mau kayak kakak. Menutup aurat dengan sempurna.” Allahu Akbar ! Aku menyambut dengan begitu bahagia. Aku sampaikan pada Uphi, Hilda dan Ade, serta akhwat lainnya. Mereka merespon begitu bahagia. Kau memintaku menemanimu membeli kain, tentu saja aku mau. Subhanallah, bahagianya hatiku saat itu. Serasa tiada hari terindah melebihi ketika aku pergi bersamamu pada hari itu.

****
Beberapa hari kemudian kamu datang dengan wajah cemas. Keluargamu tidak senang dengan perubahanmu, bahkan mereka sempat menyembunyikan jilbabmu. Kamu mulai ragu dengan pilihanmu. Aku mencoba meyakinkanmu bahwa Allah-lah sebaik-baik penolong. Tak kan ada yang bisa menyakitimu dalam lindungan-Nya. Kamu menangis. Aku sedikit bingung. Lalu kita pergi ke mushola Kita shalat dhuha, dan selesai shalat kamu berkata mantap, “Aku mantap untuk memakainya kak”.

Keesokan harinya, kamu dengan jilbab lebarmu, dengan wajah yang sangat berbahagia. Aku memeluk dan menciummu dengan penuh sayang. Aku mencubit pipi tembemmu yang bersemu merah, semua akhwat memelukmu dengan bahagia. ahlan wa sahlan yaa ukhti, semoga kamu terjaga dalam busana syar’i ini.

Kamu pun semakin dekat padaku, sangat perhatian pada kami semua, tak pernah seingatku kamu tak datang menjengukku setiap kali aku sakit. Kamu selalu datang walau dalam kondisi sangat lelah. Dik, kakak sangat bangga padamu. Kamu semakin aktif, semua amanah yang diberikan mampu kamu kerjakan dengan penuh semangat. Bahkan, rasanya tanpa kamu, kami sangat kerepotan. Kami sangat sayang padamu, dik.

****
Tak terasa dua tahun kebersamaan kita. Aku lulus dan harus meninggalkan sekolah kami tercinta, meninggalkan rohis yang kami rintis dari awal dengan penuh perjuangan. Aku meninggalkan teman-temanku, termasuk kamu, Dik. Kamu menangis, kamu meminta kami agar tak meninggalkan kalian. Yah, kami berjanji akan sering mengunjungi. Tak akan berhenti memperhatikan kalian.

Tapi, ternyata semua hanya janji, kami masuk dalam lingkungan kuliah yang kesibukannya menumpuk, terlebih aku mengambil fakultas paling sibuk di antara semua fakultas yang ada. Aku tak menepati janji, aku ingkar padamu, dik. Ya Allah, ampuni aku. Aku melupakanmu, aku mulai sibuk di lembaga dakwah kampusku, yang juga meminta perhatian yang sangat besar. Kuliah-kuliahku, lab-labku yang membuatku tak punya waktu untuk yang lain, termasuk padamu. Aku mulai melupakanmu, tapi kamu sering sekali menghubungiku, menelponku.

Ya, telepon-teleponmu, Dik. Mengingat ini, sungguh penyesalanku seakan tak ada habisnya. Kamu begitu sering meneleponku, menceritakan keadaan di SMU yang telah mengenalkan kita, tentang keluargamu yang semakin menentangmu, saudaramu yang sangat membencimu, tentang tiadanya orang yang mau mendengarkan keluh kesahmu.

Dan aku yang begitu egois, akhirnya mulai bosan dengan semua keluhanmu. Aku yang begitu lelah dengan rutinitas, yang hanya mencuri waktu untuk istirahat, aklhirnya harus merasa terganggu dengan teleponmu. Aku mulai menghindarimu, mencoba tak ku jawab telepon-teleponmu, dan aku tahu kamu tak sekalipun marah. Ya Allah, ampuni hambamu yang khilaf ini.

Bersambung...

Selanjutnya....

Li Abi wa Ummi

23 Sep 2010
Li abi wa ummi
Dari perantauan kurangkai bait rindu
Kutulis dengan tinta birrul walidain
Kuangan dengan segenap bayang senyum
Kubingkai dengan cucuran air mata
Kusimpan di palung jiwa.

Li abi wa ummi
Secercah cahaya berpendar terangi sembab mataku
Yang basah oleh air mata rindu.
Setitik terang sibakkan gulita batinku
Yang buta nur sebelumnya.

Abi... Umi...
Terperanjat jiwaku
Oleh tuturan murobbi ruhina
Yang seketika mendentumkan batin
menggejolak lelap nurani.
Kerinduan menyeruak
Serta-merta luruhkan tegarku.
Teringat semua jerih payahmu,
doamu, nasihat muliamu...
Dan teringat segala tentangmu.
Entah bagaimana kuungkap sesal
Deras air mata kelukan lidah
Otakku mati suri
Kedua kakiku melumpuh.

Li bi wa ummi...
Hasratku menggebu persembahkan hadiah terindah bagimu.
Ingin sekali kusaksikan jubah kehormatan menghias sosokmu.
Membalut indah pancarkan aura surgawi.
Tiada hal terindah selain senyum dan ridlomu.

Duhai...
Sesalku tiada henti bergelayut sendu.
Mengurai sesak yang menyumbat pori-pori tabahku.
Meniti langkah tegap setelah terseok khilaf.
Serpihan rindu bangkitkan himmah dan azzam kalbu.
Meremugar niat kokohkan puing asaku.
Robbi… Robbi… Ooo, Robbi...
Robbighfirli wa li walidayya
warhamhuma kama robbayani shogiro.



By: A. Munsit
Bumi Lantany,
06 Ramadhan 1431 H
Selanjutnya....

Satu Masjid Pengganti Seribu Gereja di Tanah Haram


Oleh: Agus Supriadi, Lc

Kemarin, sempat mencuat kembali masalah tragedi WTC setelah adanya rencana pembangunan sebuah gedung mewah dua blok dari Ground Zero. Rencananya, gedung tersebut akan dilengkapi dengan fasilitas masjid, tempat olahraga, teater serta lainnya, dan itu akan terbuka untuk semua pengunjung.

Pembangunan dengan nama proyek Cordova House yang memakan dana sekitar $ 100 juta itu tak ayal menimbulkan kontroversi antara pihak yang mendukung dengan yang kontra. Penduduk sekitar lokasi Manhattan serta keluarga korban tragedi 911 cenderung menolak , sementara 28% lainnya yang nota bene kaum muslim amerika serta sebagian kecil non-muslim termasuk didalamnya wali kota tetap mendukung pembangunan tersebut.

Keluar dari masalah pro kontra dan kesepakatan yang memang sudah diambil kedua belah pihak, menurut saya ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan selaku umat muslim yang merelakan diri berjuang di jalan-Nya. Mesjid yang diklaim menjadi bentuk toleransi antar umat muslim dan dan non-muslim di negara adidaya ternyata berpotensi menimbulkan ekses negative yang luar biasa, yaitu menjadi senjata yang digunakan oleh penguasa politik superior Amerika sekaligus Negara Penjaga Seribu Gereja Roma. Dan bukan tidak mungkin akan muncul pendukung kedua kekuatan tersebut nantinya.

Proses didirikanya satu rumah ibadah di sekitar Ground Zero bisa menjadi ancaman didirikanya rumah suci gereja atau sinagoge, dengan dalih saling bertukar prinsip toleransi antar umat beragama. Mesjid di Amerika jadi symbol toleransi agama non-Islam terhadap agama Islam. Sebaliknya, pembangunan gereja atau sinagoge di Mekkah atau Madinah misalkan, menjadi bukti toleransi umat Islam terhadap non-Islam. Dengan begitu, proses meragukan umat Islam atau pun menghancurkan akidah mereka bisa dengan mudah dilakukan. Sebelum hal itu terjadi, sudah selayaknya umat Islam mencari solusi untuk permasalahan tersebut.

Proses legalisasi yang diberikan oleh Presiden Barrack Obama mengenai pembangunan mesjid di Manhattan adalah proses awal menarik simpati ummat muslim seluruh dunia tentang besarnya makna toleransi bagi umat non-muslim terhadap Islam juga sebagai panggung sandiwara bahwa Amerika senantiasa menjunjung tinggi visi negerinya seperti yang dikutip dari pernyataan Presiden Barrack Obama "Ini adalah Amerika dan komitmen kita terhadap kebebasan beragama tidak boleh goyah."

Sikap kehati-hatian terhadap setiap berita serta tindakan orang-orang yang keluar dari batas-batas agama ataupun non-muslim seperti yang disuratkan dalam surat al-Hujurat : 6 adalah hal mutlak yang harus dilaksanakan. karena setelah melalui pengalaman yang telah teruji diberbagai peristiwa sejarah umat Islam ketika berinteraksi dengan para kaum fasiq, banyak kesepakaan atau pernyataan yang telah dibuat akan tetapi berujung pada pengkhianatan dan pembatalan kesepakatan. Pernyataan yang dilontarkan tak lebih dari pemanis bibir belaka.

Aspek lain yang layak menjadi perhatian umat muslim ketika pembangunan mesjid yang berlokasi di sekitar Ground Zero dengan luas 3000 m persegi adalah memperbaiki citra buruk akan tragedi yang tidak pernah dilakukan. Harus membuktikan bahwa Islam adalah symbol of the peace for the world.

Islamophobia yang sampai sekarang terjadi menjadi PR utama bagi saudara kita yang bergerak dalam proyek Cordova House serta kaum muslimin secara universal dimanapun mereka berada. Pada akhirnya, kesatuan umat Islam seluruh dunia menjadi syarat paten eksisnya citra baik Islam yang berfungsi sebagai agama yang memiliki prinsip penebar kebaikan bagi seluruh alam. Wallahu a'lamu bishowab. []
Selanjutnya....

Ramadhan, Tripoli and Me

21 Sep 2010

Oleh: Sidiq Nugroho

Perkenalkan, saya adalah salah satu dari seratus sekian mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Negeri Seribu Penghafal al-Qur' an, - begitu Dr. Aidh al-Qarni menjuluki Libya.

Seribu kisah akan bisa saya ceritakan kepada anak cucu kelak, untuk sekedar mewakili kehidupan 4 tahun disini. Dari senyuman manis para gadis yang langsung menhantam titik sensitif keimanan, hingga kerasnya jalanan yang menuntut pengorbanan materi dan tak jarang, fisik. Tapi, dalam beberapa baris kedepan, barangkali sedikit dari kehidupan Ramadhan ditanah ini akan saya ceritakan.

Saya dengan Civitas Kampus
Akan banyak ditemui beragam kegiatan pada bulan Ramadhan di kampus kami, Kuliyah Dakwah Islamiyah. Dimulai dari agenda-agenda yang digagas oleh persatuan pelajar dari beragam negara yang ada, pihak kampus, ataupun lingkaran-lingkaran kecil yang dirintis oleh individu-individu kreatif. Semua bermuara kepada satu titik; menyemarakkan bulan terbaik ini. Mereka seolah bersepakat kepada hal yang sama; bahwa bulan ini adalah momentum untuk meningkatkan produktifitas. Kapan pun waktunya, apa pun kegiatan positifnya, dan dimanapun dilakukannya. Maka kita akan menemui berbagai komunitas yang bertebaran di taman-taman kampus menjelang adzan maghrib dikumandangkan. Sambil menunggu waktu berbuka puasa, mereka pun sibuk dengan topik perbincangan yang berbeda-beda pula; bedah buku, belajar muqarrar, kajian lepas, atau sekedar curhat enam, delapan, atau sepuluh mata semata.

Ada juga sekelompok mahasiswa yang memanfaatkan jeda singkat sehabis sholat tarawih hingga waktu sahur tiba dengan menyalurkan hobi olahraganya, entah itu futsal, tenis meja atau yang lain.

Lain pula dengan paket Ramadhan tahunan yang diorganisir oleh pengurus masjid kampus. Dimulai dari shalat tarawih berjama'ah, kultum setelah sholat dzuhur, lomba hafalan Qur' an, sampai I'tikaf dan qiyamullail pada sepuluh hari terakhir. Luar bisa hebatnya!
Yang jelas, jangan sampai kita termasuk kedalam kelompok ini; segelintir dari muslimin yang menghabiskan waktu dengan aktifitas-aktifitas yang kurang mempunyai orientasi jelas. Akhirnya, Ramadhan pun lewat begitu saja di depan mata mereka, tanpa ada upaya memaksimalkan waktu dan potensi yang ada.
 
Saya, KBRI dan Masyarakat Indonesia di Tripoli

Ini lebih mengagumkan lagi. Kita seolah-olah dibawa kepada suatu daerah beribu-ribu kilometer jauh disana; Indonesia. Ya, mahasiswa, KBRI, dan komunitas Indonesia yang berada di Tripoli, melebur menjadi satu, menciptakan suasana Ramadhan ala Indonesia. Dengan mudah kita menemukan pesantren Ramadhan misalnya, sebuah paket kegiatan pengajaran al-qur'an dan disiplin ilmu Islam lainnya kepada putra-putri WNI yang berdomisili di Tripoli khususnya. Begitu juga dengan musholla KBRIyang ramai dengan variasi kegiatannya; kajian pekanan menjelang buka puasa, sholat tarawih berjama'ah, takbiran, hingga sholat ied.

Begitu pula dengan tradisi buka puasa bersama yang momentnta disatukan dengan pesantren Ramadhan. Para putra-putri mereka mendapatkan suplemen ruhiyah, orangtua pun secara emosi sosialnya pun terpupuk karena bisa bersilaturahim dengan WNI lain.
Satu hal yang membuat kita semakin merindu kampung halaman adalah aneka minuman dan makanan khas Indonesia, baik yang ringan ataupun berat. Keberagaman suku dan asal daerah WNI membuat variasi indah di atas meja makanan. Ada yang pedas, manis dan asam. Rasa bhineka, begitu katanya.

Saya dan Penduduk Tripoli
Semua jenis kisah saya temukan disini. Tentang orang-orang Arab yang mempunyai budaya tersendiri dalam menyambut bulan Ramadhan.

Kalau anda mencoba keluar kamar di pagi hari libur, maka jalan yang biasanya begitu padat dengan kendaraan roda empat, akan terlihat seperti jalan tol di Indonesia. Penghuni Tripoli masih terlelap dengan tidurnya hinggu dzuhur menjelang, atau hanya sekedar bermalas-malasan di apartemen mereka. Menginngat waktu malam yang begitu singkat, ditambah sengatan matahari musim panas, membuat siapa saja yang hidup di daerah ini, pada musim ini, membalik pola hidupnya, siang jadi malam dan sebaliknya. Maka tidak aneh kota menjadi hidup lagi ketika memasuki waktu sore. Itu adalah ngabuburit ala Arab.

Oh iya, barangkali anda harus tahu bahwa jiwa entrepreneur para generasi muda Libya menggeliat di buan ini, apalagi ditambah masa liburan sekolah yang panjang. Biasanya, anak-anak kecil menjual mainan yang diperuntukkan untuk usia mereka juga. Sedangkan para pemuda dengan santai menjajakan soft drink atau cemilan. Mantap ya?

Suatu siang saya singgah di sebuah masjid di kawasan Sharee Ashrah untuk mendinginkan badan sekaligus sholat dzhuhur. Tidak seperti hari-hari biasanya, ketika masjid-masjid ditutup setelah jama'ah selesai mendirikan sholat, pada bulan Ramadhan ini, ternyata mereka menambahkan kultum. Seakan mereka ingin menjadikan Ramadhan ini bulan pembinaan dengan merefresh kafa'ah syar'iyyah yang telah mereka miliki sebelumnya.

Budaya saling menjamu, atau mengundang jamuan makan, sangat kental pada saat-saat Ramadhan seperti ini. Barangkali sekali waktu anda perlu menyempatkan diri untuk jalan-jalan di pusat kota sambil sholat maghrib disana. Cari kenalan penduduk sekitar, ajak ngobrol. Saya rasa dia pun tidak akan segan-segan mengajak anda untuk makan malam dirumahnya.

Kalau di Indonesia nge-’tren’ istilah sahur on the road, Libya pun punya buka on the road. Bentuknya adalah ta’jil yang dibagi-bagikan warga untuk mereka-mereka yang saat adzan maghrib dikumandangkan masih berada di jalan. Hamper setiap masjid juga menyediakan minuman atau makanan kecil sebagai ta’jil.

Mungkin itu sedikit fenomena sosial di sekitar kita pada bulan suci ini. Kalau kita perhatikan seksama, maka sesungguhnya Ramadhan bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk melakukan transformasi peradaban. Dimulai dari kerja-kerja kecil sosial. Karena ternyata memang momentum Ramadhan sangat efektif untuk merubah watak dan karakter manusia. Yang dulunya temperamental, pada bulan ini justru menjadi seorang penyayang. Tiba-tiba saja muncul muslim-muslim derma yang begitu ringan membelanjakan hartanya. Kepedulian sosial masyarakat meningkat tajam. Itu semua, menurut saya, merupakan modal utama untuk menguatkan salah satu dari tiga unsur perdaban yang disebutkan Malik bin Nabi, sumber daya manusia yang bagus. []
Selanjutnya....

Sejarah Gerakan Feminisme dan Aliran-alirannya

17 Sep 2010

Oleh: Zahrotus Saidah

Gelombang feminisme lahir di Amerika Serikat dan mulai lebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan di tahun 1963. Buku ini ternyata berdampak luas, lebih-lebih setelah Betty Friedan membentuk organisasi wanita bernama National Organization for Woman (NOW) di tahun 1966 gemanya kemudian merambat ke segala bidang kehidupan. Dalam bidang perundangan, tulisan Betty Fredman berhasil mendorong dikeluarkannya Equal Pay Right (1963) sehingga kaum perempuan bisa menikmati kondisi kerja yang lebih baik dan memperoleh gaji sama dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama, dan Equal Right Act (1964) dimana kaum perempuan mempunyai hak pilih secara penuh dalam segala bidang.

Gerakan feminisme yang mendapatkan momentum sejarah pada 1960-an menunjukan bahwa sistem sosial masyarakat modern memiliki struktur yang pincang akibat budaya patriarkal yang sangat kental. Marginalisasi peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya ekonomi dan politik, merupakan bukti konkret. Gerakan perempuan atau feminisme berjalan terus, sekalipun sudah ada perbaikan-perbaikan, namun kemajuan yang dicapai gerakan ini terlihat banyak mengalami halangan.

Di tahun 1967 dibentuklah Student for a Democratic Society (SDS) yang mengadakan konvensi nasional di Ann Arbor kemudian dilanjutkan di Chicago pada tahun yang sama. dari sinilah mulai muncul kelompok "Feminisme Radikal" dengan membentuk Women´s Liberation Workshop yang lebih dikenal dengan singkatan "Women´s Lib". Women´s Lib mengamati bahwa peran kaum perempuan dalam hubungannya dengan kaum laki-laki dalam masyarakat kapitalis terutama Amerika Serikat tidak lebih seperti hubungan yang dijajah dan penjajah. Di tahun 1968 kelompok ini secara terbuka memprotes diadakannya "Miss America Pegeant" di Atlantic City yang mereka anggap sebagai "pelecehan terhadap kaum wanita dan komersialisasi tubuh perempuan". Gema ´pembebasan kaum perempuan´ ini kemudian mendapat sambutan di mana-mana di seluruh dunia.

"Gender, development, dan equality" sudah dicanangkan sejak Konferensi Perempuan Sedunia Pertama di Mexico City tahun 1975. Hasil penelitian kaum feminis sosialis telah membuka wawasan jender untuk dipertimbangkan dalam pembangunan bangsa. Sejak itu, arus pengutamaan jender atau gender mainstreaming melanda dunia. Memasuki era 1990-an, kritik feminisme masuk dalam institusi sains yang merupakan salah satu struktur penting dalam masyarakat modern. Termarginalisasinya peran perempuan dalam institusi sains dianggap sebagai dampak dari karakteristik patriarkal yang menempel erat dalam institusi sains. Tetapi, kritik kaum feminis terhadap institusi sains tidak berhenti pada masalah termarginalisasinya peran perempuan. Kaum feminis telah berani masuk dalam wilayah epistemologi sains untuk membongkar ideologi sains yang sangat patriarkal. Dalam kacamata eko-feminisme, sains modern merupakan representasi kaum laki-laki yang dipenuhi nafsu eksploitasi terhadap alam. Alam merupakan representasi dari kaum perempuan yang lemah, pasif, dan tak berdaya. Dengan relasi patriarkal demikian, sains modern merupakan refleksi dari sifat maskulinitas dalam memproduksi pengetahuan yang cenderung eksploitatif dan destruktif.

Berangkat dari kritik tersebut, tokoh feminis seperti Hilary Rose, Evelyn Fox Keller, Sandra Harding, dan Donna Haraway menawarkan suatu kemungkinan terbentuknya genre sains yang berlandas pada nilai-nilai perempuan yang antieksploitasi dan bersifat egaliter. Gagasan itu mereka sebut sebagai Sains Feminis (Feminist Science).

Aliran-aliran Feminisme

Feminisme Liberal
Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada abad 18 sering muncul tuntutan agar perempuan mendapat pendidikan yang sama. di abad 19 banyak upaya memperjuangkan kesempatan hak sipil dan ekonomi bagi perempuan. dan di abad 20 organisasi-organisasi perempuan mulai dibentuk untuk menentang diskriminasi seksual di bidang politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalam konteks Indonesia, reformasi hukum yang berprerspektif keadilan melalui desakan 30% kuota bagi perempuan dalam parlemen adalah kontribusi dari pengalaman feminis liberal.

Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia -demikian menurut mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakangan pada perempuan ialah disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.

Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, yang berangkat dari pemahaman "Feminisme Kekuatan" sebagai solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.

Feminisme liberal bergerak untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan hanya menempatkan wanita pada posisi sub-ordinat. Budaya masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala sesuatu dari materi, dan keseharian yang individualis sangat mendukung keberhasilan gerakan feminisme. Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak tergantung lagi pada pria.

Feminisme Radikal
Trend ini muncul sejak pertengahan tahun 1970-an di mana aliran ini menawarkan ideologi "perjuangan separatisme perempuan". Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada.

Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan kekuasaan yang dilakukan kaum laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik. "The personal is political" menjadi gagasan anyar yang mampu menjangkau permasalahan prempuan sampai ranah privat, masalah yang dianggap paling tabu untuk diangkat ke permukaan. Informasi atau pandangan buruk (black propaganda) banyak ditujukan kepada feminis radikal. Padahal, karena pengalamannya membongkar persoalan-persoalan privat inilah Indonesia saat ini memiliki Undang Undang RI no. 23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).

Feminisme Post-Modern
Ide Posmo - menurut anggapan mereka - ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.

Feminisme Anarkis
Feminisme Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan.

Feminisme Marxis
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.

Feminisme Sosialis
Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminisme sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga perkawinan yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan.

Feminisme Post-kolonial
Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat.

Feminisme Nordic
Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara.

Feminisme, Paham yang Salah Kaprah
Sekilas, konsep feminisme tidak bermasalah karena bertujuan untuk mengangkat derajat kaum perempuan yang selama ini dianggap didiskriminasikan dan dilanggar hak-haknya oleh kaum lelaki. Tapi konsep feminisme yang notabene berasal dari Barat dan menggunakan standar-standar kehidupan perempuan Barat yang cenderung bebas,belakangan diketahui banyak menimbulkan masalah bagi kaum perempuan itu sendiri. Mereka justru tidak bahagia dalam hidupnya, bahkan banyak diantara kaum perempuan yang terjerumus dalam tindak kriminal.

Agenda feminisme yang dikedepankan kaum feminis terutama pada zaman sekarang ini, adalah persamaan hak yang cenderung membuat perempuan "identik" dengan laki-laki. Mereka menolak argumen bahwa “ kaum lelaki dan perempuan memiliki perilaku yang berbeda karena peran mereka dalam hidup pun berbeda”. Mereka menyebut orang-orang yang beragumen demikian sebagai orang yang 'seksis', dikriminatif, pendukung "agenda chauvinis kaum lelaki" dan ingin mengendalikan kaum perempuan dalam sebuah sistem masyarakat yang patriarkis.

Kesetaraan menurut konsep feminisme adalah:”bahwa laki-laki dan perempuan harus memiliki kehidupan yang sama, tanggung jawab yang sama dan pada akhirnya mengalami tekanan hidup yang sama.”

Apakah konsep itu membuat kaum perempuan bahagia? Ternyata tidak. Semakin perempuan merasa berhasil menjalankan standar-standar feminisme itu, kenyataannya semakin mereka merasa sengsara. Lembaga General Social Survey pernah melakukan penelitian tentang hal ini di kalangan masyarakat AS. Mereka meneliti bagaimana mood masyarakat AS mulai dari tahun 1972 hingga sekarang, dan hasilnya, kaum perempuan AS yang notabene menganut konsep feminisme, kehidupannya lebih suram dibandingkan kaum lelaki. Perempuan mengalami kondisi yang lebih buruk karena mereka diminta untuk memainkan dua peran yaitu tugas perempuan di dalam rumah dan tugas laki-laki mencari nafkah di luar. Sisi negativ lainnya,dengan 'revolusi feminisme', kaum perempuan menang dalam mendapatkan apa yang disebut kebebasan dalam dunia laki-laki,sementara kaum lelaki, banyak yang mengalami krisis jati diri. Sehingga tak heran jika sekarang banyak kaum lelaki yang 'feminim', berpakaian dan bertingkah laku seperti perempuan,bahkan dalam tanggug jawab rumah tangga tidak sedikit laki-laki yang mengandalkan pada kemampuan perempuan.

Disisi lain konsep feminisme yang sekarang berkembang telah membuat kaum perempuan, utamanya di negara-negara maju jadi meremehkan peran perempuan sebagai isteri dan ibu. Banyak diantara mereka yang tidak mau direpotkan dengan kewajiban-kewajiban sebagai isteri dan ibu sehingga mereka cenderung memilih melakukan seks bebas tanpa komitmen, memilih membesarkan anak-anak tanpa kehadiran seorang ayah bahkan menikah sesama jenis. Semuanya dilakukan atas nama "hak asasi perempuan."-kebebasan-.Jika sudah demikian, maka lenyaplah peran kaum perempuan dalam masyarakat. Sebagai seorang muslimah saya sedih melihat makin banyak kaum perempuan di berbagai penjuru dunia yang berlomba-lomba mengikuti jalan feminisme akhirnya jatuh ke jurang derita. bukankah Al-Quran dengan jelas telah menyebutkan bahwa Allah Swt menciptakan kaum lelaki dan kaum perempuan dengan berbeda? Masing-masing dianugerahi peran yang berbeda pula untuk saling mendukung sebagai satu tim, dan bukan untuk saling bersaing, "Tak seorang pun yang ingin mencerabut hak-hak kaum perempuan, tapi kita harus memahami bahwa kebebasan bukan berarti harus mendegradasikan kaum perempuan dan persamaan hak bukan berarti harus 'identik'. Kaum perempuan membawa karunia dan nilai-nilai yang unik bagi dunia. Peran perempuan dalam memulihkan nilai-nilai keluarga dalam kehidupan masyarakat yang modern bisa membuat kaum lelaki, anak-anak bahkan perempuan itu sendiri, hidup bahagia. Para muslimah rasanya tak perlu silau dengan propaganda kesetaraan gender dan persamaan hak asasi yang digaungkan para aktivis feminism.

Islam Tidak Menafikan Feminisme/Emansipasi
Di dunia Islam, wacana emansipasi pertama kali digulirkan oleh Syekh Muhammad Abduh (1849-1905 M). Tokoh reformis Mesir ini menekankan pentingnya anak-anak perempuan dan kaum wanita dalam mendapatkan pendidikan formal di sekolah dan perguruan tinggi, agar mereka mengerti hak-hak dan tanggung-jawabnya sebagai seorang Muslimah dalam pembangunan Umat. 

Pandangan yang sama juga dinyatakan oleh Hasan at-Turabi dari Sudan. Menurutnya, Islam mengakui hak. Hak perempuan di ranah publik, seperti kebebasan mengemukakan pendapat dan memilih, berdagang, menghadiri shalat berjama‘ah, ikut ke medan perang dan lain-lain. Ulama lain yang berpandangan kurang lebih sama adalah Syekh Mahmud Syaltut, Sayyid Qutb, Syekh Yusuf al-Qaradhawi dan Jamal A. Badawi. Sudah barang tentu para tokoh ini mendasari pendapatnya pada ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits.

Gerakan emansipasi perempuan dalam sejarah peradaban manusia sebenarnya dipelopori oleh risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam datang mengeliminasi adat-istiadat Jahiliyah yang berlaku pada masa itu, seperti mengubur hidup-hidup setiap bayi perempuan yang dilahirkan, mengawini perempuan sebanyak yang disukai dan menceraikan mereka sesuka hati, sampai pernah ada kepala suku yang mempunyai tujuh puluh hingga sembilan puluh istri. Semua ini telah dihapuskan untuk selama-lamanya.

Tokoh-tokoh reformis islam seperti Muhammad Abduh dan Yusuf al-Qaradhawi menyeru kita semua untuk kembali kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah dalam soal gender. Bagi mereka ketimpangan dan penindasan yang masih sering terjadi di kalangan Umat Islam lebih disebabkan oleh praktek dan tradisi masyarakat setempat. Seperti kita ketahui, tidak satu ayat pun dalam al-Qur’an yang menampakkan misogyny atau bias gender. Semua ayat yang membicarakan tentang Adam dan pasangannya, sejak di surga hingga turun ke bumi, selalu menekankan kedua belah pihak dengan menggunakan kata ganti untuk dua orang (humā ataupun kumā).

Di muka bumi, baik laki-laki maupun perempuan diposisikan setara. Derajat mereka ditentukan bukan oleh jenis kelamin, tetapi oleh iman dan amal shaleh masing-masing. Dalam kehidupan ini masing-masing mempunyai hak yang sama, namun masing-masing memiliki peran tersendiri dan tanggung-jawab berbeda sebagaimana lazimnya hubungan antar manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, laki-laki dan perempuan dituntut untuk berperan dan berpartisipasi secara aktif, melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar serta berlomba-lomba dalam kebaikan. hanya saja caranya yang kadangkala tidak sama.

Mengutip perkataan Dr.Lois Lamya al-Faruqi : "mungkin benar, gerakan feminis di lingkungan Muslim hanya akan berhasil bila tetap mengacu pada ajaran Islam (al-Qur’an dan Sunnah), bukan sekedar menjajakan gagasan-gagasan asing yang diimpor dari luar yang belum tentu cocok untuk diterapkan atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Disamping itu, gerakan feminis di kalangan Muslim juga seyogyanya diletakkan dalam bingkai pembangunan umat secara keseluruhan, tidak chauvinistik dan hanya memikirkan kepentingan kaum wanita saja.  Sebagai bukti sejarah dalam islam telah tercatat banyak perempuan yang bisa kita jadikan suri tauladan. mulai dari ummul mukminin seperti Khodijah, Aisyah dan puteri Rosululloh SAW Fatimah Az Zahra ataupun perempuan-perempuan mulia lainnya yang namanya termaktub dalam Alquran karena ketakwaan dan kemuliaan akhlaknya seperti Maryam dan Asiyah (isteri firaun). Sementara yang tetap dikenang dari para para sohabiyah diantaranya Sumayyah dan Khaulah. Dan dari kalangan tabiit tabii”in ada Rabi’ah al Adawiyah. Kita juga bisa melihat peran para ummahatul aimmah dalam mendidik anak-anak mereka seperti ummu imam syafi’i, ummu imam malik dan Fatimah an Nisaburiyah yang kata-kata hikmah mereka dalam mendidik putra-putranya diabadikan dalam buku-buku islam. Sesungguhnya peran perempuan seyogyanyalah seperti yang diungkap al-Mutanabbi dalam salah satu sya'irnya:

Falau kana an-nisa’ ka man faqodnaa # Lafadlolatin nisa’u a’la ar rijaali
Fama at ta’nisu lismissyamsi 'aibun # wa ma at tadzkiru fakhrun lilhilali.

Ini membuktikan bahwa faktor kemuliaan seseorang tidak terletak pada jenis kelamin, melainkan amal dan peran yang telah dia berikan.

Bagi para pejuang gender hendaklah bersikap lebih bijak dan hati-hati dalam mengutarakan gagasan dan agenda mereka, agar tidak ‘menabrak rambu-rambu’ yang ada dan tidak ‘menuai badai’. Sebagaimana kata Imam al-Ghazali,” segala sesuatu jika sudah melewati batas, justru memantulkan kebalikannya” (kullu syay’in idzā bālagha haddahu in‘kasa ‘alā dhiddihi).

Wallohu a’lam bisshowab.

Sumber:
1. Hakadza thoriqus sholihaat, Dr. Muhammad Romadlon Abu Bakar Muhammad.
2. Feminisme, dalamWikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas.
Selanjutnya....

Meneruskan Spirit Ramadhan


Oleh: M. Dic Hidayat Ratuloly

Teringat kisah yang sudah sangat sering kita dengar dari kakek, nenek kita bahkan banyak diperdengarkan di surau-surau republic tercinta bagaimana seorang wanita pelacur masuk surga hanya karna memberi minum seekor anjing yang hampir mati kehausan. Bukti pertama bahwa dalam agama yang sempurna tidaklah hanya mengatur keshalehan individu tapi juga sosial. Maka, doktrin rahmatan lil alamin telah menemui ruangnya yang tepat.

Hari kemerdekaan kita tahun ini jatuh pada bulan Ramadhan dan karna takdir itulah yang membuat kita semakin termotivasi untuk meningkatkan militansi, tidak hanya militansi dalam ibadah mahdhoh tapi juga miitansi dalam bernegara, berbangsa dan bermasyarakat satu hadist dengan gaya bahasanya yang sangat nasionalis mengungkapkan ”bukanlah termasuk golonganku yang mampu tertidur lelap dimalam harinya namun tetangganya merengek kelaparan”. Orang-orang terdekat dahululah yang paling berhak untuk mendapatkan bagian dari harta kita. Inilah karakter muslim sejati, pribadi paling nasionalis sedunia.

Dan Satu waktu seorang ustadz menasehati “tak pernah air itu melawan kodrat yang di ciptakan,untuknya mencari daratan rendah, menjadi semakin kuat ketika dibendung dan menjadi nyawa kehidupan. selalu mengalir dari hulu ke hilirnya”. Lidah api selalu menjulang dan udara selalu mencari daerah minimum dari kawasan maksimum, anginpun berhembus. Edaran yang pasti pada keluarga galaksi, membuat manusia dapat membuat mesin pengukur waktu,menulis sejarah, catatan musim dengan penggalan. Ya Ramadhan tak pernah melawan kodrat yang di ciptakan untuknya, selalu membuat penghuninya dengan enteng melempar ‘ular bisa’ hartanya, jamuan iftor bertabrakan, hamper tak ada satu rumah muslimpun yang tak ingin rumahnya tak di singgahi oleh saudaranya walau hanya dengan air dan kurma. Cobalah cari diluar bulan Ramadhan adakah fenomena seperti ini.? Semua bergerak dengan harmoninya yang sangat indah.

Seorang bijak pernah berkata, ”keluarlah-keluarlah dari tahajudmu, keluarlah-keluarlah dari Ramadhanmu bawalah ruh tahajudmu, bawalah ruh Ramadhanmu ke kampus-kampus, ke kantor-kantor, ke pasar-pasar”. Tentulah Ramadhan itu memiliki ruh dan ruh yang luas membentang adalah ruh keshalehan sosial. Dan ketika Allah SWT menciptakan Ramadhan sebagai musimnya ketaatan. Maka, ketaatan itu harus juga menjalar di bulan-bulan lain. Begitu pula dalam dakwah. Tidak mungkin kita atau bahkan tidak boleh kita masuk surge sendirian. Kita perlu juga mengajak yang lainnya masuk surge bersama. Memang tak ada yang menjamin surge namun semangat untuk mendapatkanya tetaplah harus melekat di kening kita semua. Itulah mengapa Ruh menjalarkan kebaikan menjadi begitu penting.

Maka, saudaraku sekalian perlulah kita berdoa sebagaimana iqbal berdoa, ”tuhan ajari kami kembali tentang cinta. Agar kami dapat kembali mengumpulkan daun-daun yang berserakan”. Jika Iqbal hanya berhenti pada titik ini perlulah kita tambah doa kita, ”agar kami dapat mengumpulkan kebaikan-kebaikan yang berserakan di bulan Ramadhan menjadi satu kekuatan besar. Kekuatan tuk menciptakan keajaiban-keajaiban, mengembalikan kejayaan peradaban Islam, mengkonversi energy potensial menjadi sebuah energy kinetik”.

Kita semua mendamba masyarakat madani, itu semua hanya akan terwujud jika kita membawa ruh Ramadhan, ruh tahajud, ruh menjalarkan kebaikan di lingkaran kehidupan kita. Kampus, kantor, pasar dan seluruh tempat dimana kita berada di dalamnya. Dan sekali lagi itu semua tergantung perilaku kolektif kita sebagai umat Islam. Maka, ustadziatul a’lam (soko guru peradaban dunia) bukanlah sebuah angan-angan tapi merupakan narasi besar dari sebuah target besar. []
Selanjutnya....

Mengukuhkan Kembali Aspek Kekeluargaan (Pidato Idul Fitri Ketua KKMI Libya)

9 Sep 2010
Tripoli_ Hari ini Libya memulai hari raya Idul Fitri 1431 H. Meski berbeda dengan mayoritas muslim di negara-negara lain, pemerintah Libya secara resmi telah menetapkan hari raya ini sejak kemarin malam (8/9).

Mengikuti pemerintah, sekitar pukul 07.30 pagi tadi (9/9), Jam'iyah serta pihak kampus KDI menggelar sholat Ied di masjid kampus. Tak ketinggalan, mahasiswa Indonesia yang berada disini pun berbondong-bondong bersama jama'ah yang lain memadati areal masjid.

Usai shalat Ied, mahasiswa Indonesia melalui KKMI menggelar silaturrahim dan halal bi halal bagi semua anggotanya di kampus. Acara yang dipandu oleh Sdr. Muammar Qaddafi ini dihadiri hampir oleh semua mahasiswa Indoensia yang berada di kampus.

Dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-qur'an oleh Sdr. M. Sahirul Alim, acara dilanjutkan dengan sambutan oleh Presiden KKMI, M. Miftahur Risal dan beberapa perwakilan anggota yang lain. Meski terbilang sederhana, acara berjalan sangat lancar, penuh keceriaan, kehangatan dan rasa kekeluargaan. Usai doa, hidangan siomay spesial menjadi penutup acara spesial di hari spesial ini.


Teks Pidato Presiden KKMI:

Bismillahirrohmanirrohim

Asslamu’alaikum Wr. Wb.

Terlebih dahulu saya ingin mengucapakan selamat hari raya Idul Fitri 1431 H bagi segenap anggota KKMI yang hadir di acara silaturohmi ini maupun yang tidak hadir. Semoga hari ini adalah hari yang membawa keberkahan bagi kita semua. Amin

Saudara/i ku seiman, sebangsa, sekeluarga dan seorganisasi.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini saya ingin menyampaikan beberapa hal yang saya anggap penting untuk sesegara mungkin disampaikan. Karena sekarang ini kita sedang didera oleh permasalahan yang membutuhkan penyelesaian secara fundamental dan cepat. Fundamental saja tidak cukup, cepat saja juga tidak cukup. Dua-duanya harus tercakup dalam sebuah pengertian bahwa usaha penyelesaian ini harus cepat dan tidak melupakan inti pokok/akar masalh persoalan.

Pertama saya ingin menyampaikan bahwa Idul Fitri ini adalah satu dari sekian banyak ritual religi keislaman yang terkadang hanya dimaknai sebagai seremonial dan simbolik. Kesibukan membuat makanan, mudik, takbiran bersama, halal bi halal adalah kegiatan normatif yang berlangsung setiap tahun. Betapa besarpun kegiatan tersebut semuanya hanya bernilai simbolik.

Yang membuat hari Raya ini tidak hanya bersifat simbolik adalah apabila kita sebagai umat muslim memanfaatkan momentum ini untuk menata ulang hal-hal yang masih kurang beres. Memaksimalkan hari ini sebagai ajakan untuk kembali kepada pokok-pokok nilai ajaran kemanusiaan dan keagamaan.

Berbicara dalam kacamata Islam, hal itu berarti mengharuskan kita untuk menyantuni fakir miskin, memberantas kebodohan, dan menyebarkan kedamaian semaksimal mungkin, dan seterusnya. Hal-hal pokok itulah yang ditekankan dalam Islam.

Selanjutnya, berbicara dalam kacamata organisasi, maka ada hal pokok yang harus direfresh kembali bertepatan dengan momentum kasih sayang Idul Fitri ini, yaitu : Pengukuhan Kembali Aspek Kekeluargaan dalam Tubuh Organisasi. KKMI yang terselip lafadz "keluarga" di tengah-tengah rangkaian namanya harus benar-benar kita posisikan sebagai al usroh yang mengayomi seluruh anggota keluarganya. Di sini nampaknya kita harus mengartikan lafadz "keluarga" tersebut sesuai dengan konteks keorganisasian.

Saudara/i seiman, sebangsa, seorganisasi...

Dalam beberapa hal, KKMI telah benar-benar tampil layaknya sebuah organisasi pada umumnya. Adanya AD/ART, sistem kepemimpinan yang jelas, program kerja yang rapi, kaderisasi yang normal, dan anggota yang terus berkembang adalah bukti eksistensi KKMI. Ditambah lagi hubungan baik dengan KBRI membuat organisasi ini layak disandingkan dengan organisasi kemahasiswaan lainnya. Alhamdulillah.

Namun, sebagai sebuah keluarga, KKMI belum mencapai derajat keluarga "sakinah" layaknya impian semua keluarga ideal. Program maupun kegiatan yang dilaksanakan meskipun mengalami perkembangan akan bernasib “tanpa nilai” apabila aspek kekeluargaan tidak dirasakan. Kekeluargaan yang saya maksud adalah dengan adanya rasa memiliki terhadap organisasi berikut produk-produknya, dan tentu saja dengan berbagi suka maupun duka, peluang dan hambatan, kekuatan dan kekurangan. Sehingga dengan hal tersebut, antara satu dan yang lainnya bisa saling melengkapi.

Saudara/saudariku seiman, sebangsa, dan seorganisasi

Hal selanjutnya yang mendesak ingin saya sampaikan adalah agar masing-masing pihak dapat menjaga citra KKMI secara khusus dan citra Indonesia secara umum. Bbeberapa waktu lalu KKMI semacam mengalami krisis kepercayaan dari pihak kuliah. Krisis kepercayaan tersebut bahkan sempat membuat beberapa agenda kita terbengkalai. Menindaklanjuti hal tersebut, perlu kiranya agar kita semakin gigih dalam usaha pencintraan organisasi di level eksternal khususnya di mata kuliah. Hal ini harus dimuali sesegera mungkin dan seefektif mungkin. Tentu saja hal itu menjadi tugas kita bersama sebagai sebuah keluarga !!

Perlu kiranya sodara/i untuk memperhatikan hal-hal tersebut. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.



Ketua KKMI Libya

M. Miftakhur Risal

Selanjutnya....

KKMI Khatamkan Curhat Ramadhan

8 Sep 2010
Tripoli, Selasa kemarin (7/9), KKMI mengkhatamkan program Curhat Ramadhan. Acara bertajuk Mendidik Anak dengan Cinta menjadi penutup bagi rangkaian kegiatan yang diadakan tiga kali seminggu selama bulan Ramadhan ini.

Sebagaimana dijelaskan koordinator Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM), Teuku Nazarudin, kegiatan ini merupakan bentuk sharing bersama mahasiswa dalam merefleksi keorganisasisan KKMI.

“Acara yang berbentuk sharing bersama ini sebenarnya bertujuan agar anggota KKMI bisa merefleksi kembali mengenai organisasi kemahasiswaannya. Hal itu dengan memahami bahwa KKMI tidak lain adalah untuk kebersamaan anggotanya dalam mencari solusi atas setiap permasalahan dan juga agar seluruh anggota menikmati kenyamanan dalam organisasi ini sebagaimana saat berada dalam keluarga masing-masing di tanah air nun jauh di sana,” terang Nazar.

Sebagai sebuah program sharing, PSDM kali ini sengaja mengambil tema-tema ringan seputar romantisme (cinta). Ini tidak lain untuk menghadirkan suasana yang berbeda disamping meluruskan berbagai persepsi kurang baik akibat kurangnya perhatian dari segi agama terhadap masalah tersebut. Masalah kuliah, cinta, kebahagiaan, pacaran, pernikahan, serta keluarga dicoba untuk diberikan sentuhan nilai-nilai islami.

Dari segi kemeriahan, acara ini terbilang sukses. Antusias anggota pun terlihat cukup bagus dengan banyaknya anggota yang ikut berpartisipasi hadir. Bahkan beberapa mahasiswi dari Negara tetangga, seperti Malaysia sempat mengikuti beberapa sesi acara. Sebuah hasil kerjasama dari seluruh komponen organisasi yang memang layak diberikan aplaus. Maju KKMI !! (ibn)
Selanjutnya....

Sahur Bersama di Asrama Pekerja Indonesia

4 Sep 2010

Momen Ramdhan kali ini KKMI secara serius mengoptimalkan kegiatan-kegiatannya pada aspek religi dan sosial. Aspek religi dalam usahanya untuk mencetak kader-kader soleh dan mumpuni, sedang aspek sosial untuk menghidupkan jiwa tenggang rasa antar sesama. Di antara kegiatan yang mewakili dua aspek tersebut adalah sahur bersama di asrama pekerja Indonesia di Aziziah, Libya (28/8/2010).
Mes tersebut berjarak  +  25 kilometer dari sekretariat KKMI (Kampus Kuliah Da’wa Islamia) dan satu-satunya transportasi di malam hari adalah taxi. Sebenarnya
Selanjutnya....