Kamis, 18 September 2008 bertepatan hari ke 19 bulan ramadhan 1429 H, sebuah Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) di gelar di salah satu hotel mewah, Funduq Kabiir. Setiap negara-negara muslim yang mendapatkan undangan tersebut mengirim utusannya untuk mengikuti Musabaqah yang dimotori oleh Yayasan Wa'tashimu ini, dibawah pimpinan Dr. Aisyah Moammar Khadafi, putri revolusioner Libya, Moammar Khadafi.
Musabaqah yang diikuti oleh 55 negara dan 57 peserta dari berbagai belahan dunia ini merupakan perlombaan yang ke-5 kalinya dimana peserta lomba khusus kalangan putri.
Dari Indonesia kali ini mengirim utusannya satu orang saja, Nurul Qomaryah namanya.
Muslimah muda asal Sidoarjo ini adalah peserta pemenang Musabaqah Hifzil Qur'an (MHQ) tingkat Nasional yang diselenggarakan di Banten tahun kemarin. Bersama murafiqohnya, Husnul Khotimah, mereka tiba di Libya pada hari kamis sore. Pada malam harinya, tepat pukul 11.00 waktu Libya Nurul langsung mendapatkan nomor urut lomba dari panitia pada tingkat 30 juz (juz kamil).
Adapun untuk putra telah diadakan pada hari-hari sebelumnya. Bedanya, Musabaqah khusus putra diselenggarakan untuk memperebutkan piala Al-Fatih, musabaqah yang di langsungkan untuk memperingati hari lahirnya Revolusi di Libya. Dan juga musabaqah tersebut didanai oleh Kementerian Urusan Zakat dan Wakaf Libya. Namun yang sangat di sayangkan, Delegasi Indonesia tidak ikut serta dalam musabaqah tersebut. Padahal, kursi untuk Indonesia disediakan oleh panitia saat itu. "Kita tidak tahu sebenarnya, Bisa saja Libya sudah mengirimkan undangan ke Indonesia, karena setiap negara muslim punya jatah masing-masing. Sementara dari pihak Indonesia tidak mengetahui akan hal itu. Kita akan coba menelusuri kesalahan itu". Sahut Husnul, Dosen STIQ Jakarta ini ketika disinggung Sahara.
Musabaqah berlangsung selama empat hari yaitu mulai hari kamis 18 september sampai senin 22 september 2008. Kategori lomba agak berbeda dengan yang diadakan di Indonesia. Dibagi dalam tiga kategori: Juz kamil, nisf dan rub' qur'an (30,15,7). Sedangkan dalam hal penilaian, team juri memprioritaskan penilaian berdasarkan makhraj, tajwid, lagu dan hapalan peserta. Tidak jauh berbeda dengan MHQ yang diselenggarakan di negara kita.
Kalau selama ini Indonesia sering meraih peringkat papan atas dalam setiap Musabaqah. Namun kali ini, harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Memang hal tersebut sudah menjadi lumrah dalam setiap perlombaan. Ada yang menang, ada yang kalah. Ada yang sering menang, kalahnya juga sering. Bahkan ada yang kalah melulu.
Semuanya tidaklah terlalu diperhitungkan karena bukanlah kemenangan sebagai ghoyah atau hadaf dari setiap musabaqah khususnya Al-Qur'an. Yang kita inginkan ialah lahirnya generasi-generasi Rabbani yang Qur'ani. Itulah akhir dari perjalanan Musabaqah Hifzil Qur'an (MHQ). Bukankah begitu ?. Semoga tahun depan Indonesia bisa meraih kembali kemenangannya dan bisa melahirkan generasi-generasi baru yang qur'ani di seluruh nusantara. Amiin./Faishol hakim.
Musabaqoh Hifzil Quran Di Tripoli-Libya
26 Okt 2008
Posted by kkmi
Labels:
berita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar