Oleh: Jiana Ikmal Ma'asy
Oprah Winfrey, seperti termaktub dalam biografinya Oprah: A Biography, adalah wanita berasal dari keluarga miskin dan mempunyai masa kecil yang sangat memprihatinkan. Setelah kedua orang tuanya bercerai, Oprah kecil diasuh oleh neneknya di lingkungan yang sangat kumuh dan miskin. Belum genap ia berusia 10 tahun ia telah menjadi korban pemerkosaan, bahkan ia harus hamil dan melahirkan pada usia yang sangat belia, 13 tahun.
Namun, masa lalu itu tidak membuatnya patah semangat. Dengan motivasi tinggi ia berjuang dan berkorban untuk merubah kehidupannya. Hasilnya, sekarang ia menjadi presenter wanita paling popular dan dianggap sebagai pembawa pengaruh kebudayaan terbesar di Amerika Serikat. Ia berhasil merubah acara asuhannya The Oprah Winfrey Show menjadi mesin uang yang mengalirkan kekayaan senilai 2,3 miliar dolar AS (Rp. 21,1 triliun), sehingga ia pun ditahbiskan sebagai selebriti wanita terkaya versi majalah Forbes.
Setali tiga uang dengan Oprah, terdapat nama Joanne Kathleen Rowling atau JK.Rowling dengan maha karyanya, Harry Potter. Dahulu ia adalah wanita yang sangat miskin, bahkan ia harus menerima santunan dari Pemerintah karena keadaan ekonominya yang memprihatinkan. Tapi dengan penuh ketekunan, walau dihimpit oleh keadaaan yang sangat terbatas, ia bisa menghasilkan kisah fenomenal Harry Potter yang menjadikannya penulis terkaya di dunia sekarang ini.
Atau dalam dunia perfilman, kita sangat mengenal nama Chow Yung Fat. Siapa yang menyangka sebelum menjadi artis terkenal ia adalah seorang “kuli” di sebuah hotel, yang mempunyai tugas mengangkut tas para tamu, mencuci mobil ataupun memenuhi kebutuhan lain para tamu. Dan sekarang, tentunya dengan penuh perjuangan dan pengorbanan panjang, ia menjadi seorang artis terkenal bukan hanya di Asia, tapi juga Hollywood.
Dari beberapa penggalan kisah sukses di atas, tak bisa dipungkiri bahwa perjuangan panjang, pengorbanan ataupun ketekunan yang tiada henti menjadi aktor penting dibalik kesuksesan mereka. Namun, terdapat satu aktor utama lain yang terkadang terlupakan keberadaannya, padahal ia sangat berperan menciptakan tingkah`laku dan menjaganya untuk tetap onfire. Aktor itu bernama motivasi. Adanya motivasi atau dorongan itulah yang senantiasa melatar belakangi seorang Oprah ataupun JK.Rowling untuk terus berjuang dan senantiasa tekun walau dalam kondisi yang memprihatinkan.
Maka, tidaklah terlalu berlebihan jika kita menganalogikan motivasi sebagai bensin dalam proses pembakaran pada mesin mobil. Semakin dalam seorang supir menginjak pedal gas, secara mekanis akan menyebabkan aliran bensin ke dalam mesin menjadi melimpah, dengannya mobil dapat melaju dengan sangat kencang. Dan tanpanya, takkan pernah ada proses pembakaran. Seperti itulah perbuatan atau tingkah laku yang tak pernah ada tanpa motivasi.
Untuk pengertian motivasi, banyak para ahli yang sudah mengemukakannya dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Pendorong ini bisa bersumber dari dalam individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Dalam dunia pendidikan, adanya motivasi menjadi hal yang sangat penting dan merupakan suatu keharusan. Secara normal dan manusiawi, sangat sulit sekali untuk tetap menjaga perbuatan dan tingkah laku pada kualitas top performance. Sehingga menghadirkan unsur-unsur yang mampu menggairahkan jiwa dan raga untuk selalu semangat, akan sangat urgent demi menjaga ritme proses belajar siswa hingga tahap akhir.
Perlu juga diperhatikan dengan seksama, bahwa kualitas motivasi yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkan dalam proses perjuangan meraih prestasi dan tujuan. Hal ini memberikan indikasi akan pentingnya menciptakan motivasi, baik intrinsik ataupun ekstrinsik, yang sesuai kaidah-kaidah keagamaan agar tetap berada dalam jalur yang diinginkan.
Salah satu jargon motivasi yang sedang menjadi main topic kita “Burn your self”, tentunya akan sangat mampu mengemban tugas menjaga ritme atau bahkan bisa menjadi palu godam untuk menghancurkan situasi stagnan apabila diimplementasikan sesuai dengan proporsinya. Dalam artian, selama proses “pembakaran” itu terjadi pada material “number wahid” yang pada saat bersamaan berada di suatu tempat yang sangat tepat, maka tentunya tujuan pun akan dapat tercapai dengan memuaskan dan pastinya terdapat nilai lebih dari pada pembakaran “biasa” yang menggunakan material seadanya.
Proses belajar hampir mustahil untuk sukses tanpa ada motivasi yang melatarbelakangi setiap individu (pelajar) untuk aktif dalam proses belajar. Dalam hal ini, motivasi intrinsik maupun ekstrinsik haruslah dapat difahami secara baik dan benar, sehingga akan memberikan gambaran yang luas dan jelas untuk dapat menciptakan harmoni diantara kedua bentuk motivasi tersebut. Karena bisa jadi, salah satu dari keduanya tidak ada atau hilang saat proses belajar; sehingga proses saling melengkapi di sini menjadi penting.
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam diri setiap individu, ia terdiri dari dorongan dan minat-minat untuk melakukan suatu aktivitas tanpa mengharap atau meminta ganjaran. Salah satu contoh konkrit, seorang siswa berangkat ke kelas untuk belajar hanya karena dorongan rasa ingin tahu atau karena memang ia hanya ingin mendapat pengetahuan atau keterampilan agar tingkah lakunya berubah secara konstruktif, dan bukan untuk tujuan uang, hadiah ataupun dikarenakan takut akan absen.
Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang akan aktif dan berfungsi secara optimal ketika mendapatkan rangsangan atau stimulus dari luar. Seperti siswa yang belajar dengan rajin karena ingin mendapat nilai yang bagus, sehingga bisa juara kelas dan pada akhirnya bisa meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi di sekolah unggulan, atau siswa yang telah dijanjikan untuk dibelikan sepeda baru apabila ia bisa naik kelas dengan nilai yang tinggi.
Kedua definisi di atas, sedikit banyak merefleksikan pentingnya motivasi dalam proses belajar. Dengan mengkolaborasikan kedua instrument motivasi di atas, pastinya akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses belajar. Dalam hal ini, para orang tua, guru atau bahkan para pembimbing sangat dituntut untuk bisa memberikan stimulus yang mampu memotivasi siswa untuk belajar (ekstrinsik). Dan yang tak kalah pentingnya, mereka diharapkan mampu untuk menghidupkan dan mengarahkan motivasi intrinsik setiap siswa.
Dalam proses belajar, banyak kalangan menilai bahwa motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih baik apabila kedua instrumen itu tak bisa disatukan dalam satu waktu.
Hal ini bisa dilihat dari tingkah laku siswa yang cenderung tergantung kepada stimulus dari luar dirinya, kurang percaya diri, dan menjadi orang yang gampang terpengaruh, ketika motivasi ekstrinsik lebih dominan mewarnai siswa tersebut.
Beberapa efek negatif pada siswa di atas, tentunya akan berbeda 180 derajat dengan para siswa yang belajar berdasarkan motivasi intrinsik. Karena dengan adanya motivasi dari dalam diri, pastinya mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal seperti kesulitan ekonomi dan lainnya karena memang memiliki semangat belajar yang tinggi.
Maka, sudah seyogyanya kita mampu untuk menciptakan motivasi yang bersifat intrinsik, karena motivasi ini tidak akan pernah lapuk ditelan zaman, ditambah keberadaannya yang sangat dekat dengan kita (dalam diri kita). Sehingga dalam koridor pendidikan dan pembelajaran akan menghasilkan tingkah laku yang tahan banting, dan selalu kreatif untuk menyiasati kekurangan.
Tentunya, bukanlah hal yang mustahil untuk memiliki motivasi yang sangat kuat. Walaupun sifat setiap orang yang berbeda-beda, namun setiap kita mempunyai potensi untuk mencari, menggali, dan pada akhirnya menemukan. Sehingga pada masa yang akan datang , akan lahir para Oprah Winfrey, JK.Rowling, atau orang-orang sukses lainnya yang bermodalkan motivasi membara. Wallohu ‘a-lam.
Oprah Winfrey, seperti termaktub dalam biografinya Oprah: A Biography, adalah wanita berasal dari keluarga miskin dan mempunyai masa kecil yang sangat memprihatinkan. Setelah kedua orang tuanya bercerai, Oprah kecil diasuh oleh neneknya di lingkungan yang sangat kumuh dan miskin. Belum genap ia berusia 10 tahun ia telah menjadi korban pemerkosaan, bahkan ia harus hamil dan melahirkan pada usia yang sangat belia, 13 tahun.
Namun, masa lalu itu tidak membuatnya patah semangat. Dengan motivasi tinggi ia berjuang dan berkorban untuk merubah kehidupannya. Hasilnya, sekarang ia menjadi presenter wanita paling popular dan dianggap sebagai pembawa pengaruh kebudayaan terbesar di Amerika Serikat. Ia berhasil merubah acara asuhannya The Oprah Winfrey Show menjadi mesin uang yang mengalirkan kekayaan senilai 2,3 miliar dolar AS (Rp. 21,1 triliun), sehingga ia pun ditahbiskan sebagai selebriti wanita terkaya versi majalah Forbes.
Setali tiga uang dengan Oprah, terdapat nama Joanne Kathleen Rowling atau JK.Rowling dengan maha karyanya, Harry Potter. Dahulu ia adalah wanita yang sangat miskin, bahkan ia harus menerima santunan dari Pemerintah karena keadaan ekonominya yang memprihatinkan. Tapi dengan penuh ketekunan, walau dihimpit oleh keadaaan yang sangat terbatas, ia bisa menghasilkan kisah fenomenal Harry Potter yang menjadikannya penulis terkaya di dunia sekarang ini.
Atau dalam dunia perfilman, kita sangat mengenal nama Chow Yung Fat. Siapa yang menyangka sebelum menjadi artis terkenal ia adalah seorang “kuli” di sebuah hotel, yang mempunyai tugas mengangkut tas para tamu, mencuci mobil ataupun memenuhi kebutuhan lain para tamu. Dan sekarang, tentunya dengan penuh perjuangan dan pengorbanan panjang, ia menjadi seorang artis terkenal bukan hanya di Asia, tapi juga Hollywood.
Dari beberapa penggalan kisah sukses di atas, tak bisa dipungkiri bahwa perjuangan panjang, pengorbanan ataupun ketekunan yang tiada henti menjadi aktor penting dibalik kesuksesan mereka. Namun, terdapat satu aktor utama lain yang terkadang terlupakan keberadaannya, padahal ia sangat berperan menciptakan tingkah`laku dan menjaganya untuk tetap onfire. Aktor itu bernama motivasi. Adanya motivasi atau dorongan itulah yang senantiasa melatar belakangi seorang Oprah ataupun JK.Rowling untuk terus berjuang dan senantiasa tekun walau dalam kondisi yang memprihatinkan.
Maka, tidaklah terlalu berlebihan jika kita menganalogikan motivasi sebagai bensin dalam proses pembakaran pada mesin mobil. Semakin dalam seorang supir menginjak pedal gas, secara mekanis akan menyebabkan aliran bensin ke dalam mesin menjadi melimpah, dengannya mobil dapat melaju dengan sangat kencang. Dan tanpanya, takkan pernah ada proses pembakaran. Seperti itulah perbuatan atau tingkah laku yang tak pernah ada tanpa motivasi.
Untuk pengertian motivasi, banyak para ahli yang sudah mengemukakannya dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Pendorong ini bisa bersumber dari dalam individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Dalam dunia pendidikan, adanya motivasi menjadi hal yang sangat penting dan merupakan suatu keharusan. Secara normal dan manusiawi, sangat sulit sekali untuk tetap menjaga perbuatan dan tingkah laku pada kualitas top performance. Sehingga menghadirkan unsur-unsur yang mampu menggairahkan jiwa dan raga untuk selalu semangat, akan sangat urgent demi menjaga ritme proses belajar siswa hingga tahap akhir.
Perlu juga diperhatikan dengan seksama, bahwa kualitas motivasi yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkan dalam proses perjuangan meraih prestasi dan tujuan. Hal ini memberikan indikasi akan pentingnya menciptakan motivasi, baik intrinsik ataupun ekstrinsik, yang sesuai kaidah-kaidah keagamaan agar tetap berada dalam jalur yang diinginkan.
Salah satu jargon motivasi yang sedang menjadi main topic kita “Burn your self”, tentunya akan sangat mampu mengemban tugas menjaga ritme atau bahkan bisa menjadi palu godam untuk menghancurkan situasi stagnan apabila diimplementasikan sesuai dengan proporsinya. Dalam artian, selama proses “pembakaran” itu terjadi pada material “number wahid” yang pada saat bersamaan berada di suatu tempat yang sangat tepat, maka tentunya tujuan pun akan dapat tercapai dengan memuaskan dan pastinya terdapat nilai lebih dari pada pembakaran “biasa” yang menggunakan material seadanya.
Proses belajar hampir mustahil untuk sukses tanpa ada motivasi yang melatarbelakangi setiap individu (pelajar) untuk aktif dalam proses belajar. Dalam hal ini, motivasi intrinsik maupun ekstrinsik haruslah dapat difahami secara baik dan benar, sehingga akan memberikan gambaran yang luas dan jelas untuk dapat menciptakan harmoni diantara kedua bentuk motivasi tersebut. Karena bisa jadi, salah satu dari keduanya tidak ada atau hilang saat proses belajar; sehingga proses saling melengkapi di sini menjadi penting.
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam diri setiap individu, ia terdiri dari dorongan dan minat-minat untuk melakukan suatu aktivitas tanpa mengharap atau meminta ganjaran. Salah satu contoh konkrit, seorang siswa berangkat ke kelas untuk belajar hanya karena dorongan rasa ingin tahu atau karena memang ia hanya ingin mendapat pengetahuan atau keterampilan agar tingkah lakunya berubah secara konstruktif, dan bukan untuk tujuan uang, hadiah ataupun dikarenakan takut akan absen.
Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang akan aktif dan berfungsi secara optimal ketika mendapatkan rangsangan atau stimulus dari luar. Seperti siswa yang belajar dengan rajin karena ingin mendapat nilai yang bagus, sehingga bisa juara kelas dan pada akhirnya bisa meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi di sekolah unggulan, atau siswa yang telah dijanjikan untuk dibelikan sepeda baru apabila ia bisa naik kelas dengan nilai yang tinggi.
Kedua definisi di atas, sedikit banyak merefleksikan pentingnya motivasi dalam proses belajar. Dengan mengkolaborasikan kedua instrument motivasi di atas, pastinya akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses belajar. Dalam hal ini, para orang tua, guru atau bahkan para pembimbing sangat dituntut untuk bisa memberikan stimulus yang mampu memotivasi siswa untuk belajar (ekstrinsik). Dan yang tak kalah pentingnya, mereka diharapkan mampu untuk menghidupkan dan mengarahkan motivasi intrinsik setiap siswa.
Dalam proses belajar, banyak kalangan menilai bahwa motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih baik apabila kedua instrumen itu tak bisa disatukan dalam satu waktu.
Hal ini bisa dilihat dari tingkah laku siswa yang cenderung tergantung kepada stimulus dari luar dirinya, kurang percaya diri, dan menjadi orang yang gampang terpengaruh, ketika motivasi ekstrinsik lebih dominan mewarnai siswa tersebut.
Beberapa efek negatif pada siswa di atas, tentunya akan berbeda 180 derajat dengan para siswa yang belajar berdasarkan motivasi intrinsik. Karena dengan adanya motivasi dari dalam diri, pastinya mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal seperti kesulitan ekonomi dan lainnya karena memang memiliki semangat belajar yang tinggi.
Maka, sudah seyogyanya kita mampu untuk menciptakan motivasi yang bersifat intrinsik, karena motivasi ini tidak akan pernah lapuk ditelan zaman, ditambah keberadaannya yang sangat dekat dengan kita (dalam diri kita). Sehingga dalam koridor pendidikan dan pembelajaran akan menghasilkan tingkah laku yang tahan banting, dan selalu kreatif untuk menyiasati kekurangan.
Tentunya, bukanlah hal yang mustahil untuk memiliki motivasi yang sangat kuat. Walaupun sifat setiap orang yang berbeda-beda, namun setiap kita mempunyai potensi untuk mencari, menggali, dan pada akhirnya menemukan. Sehingga pada masa yang akan datang , akan lahir para Oprah Winfrey, JK.Rowling, atau orang-orang sukses lainnya yang bermodalkan motivasi membara. Wallohu ‘a-lam.
0 comments:
Posting Komentar