Oleh : Nurul Leyly Rachmawati
Kita pasti pernah merasakan sebuah kegagalan dan pahitnya kehidupan. Tak sedikit pula di antara kita yang tenggelam dalam lembah keputusasaan, lalu beranggapan kalau Tuhan itu tidak adil, Tuhan itu pilih kasih, Tuhan itu begini dan begitu. Semua orang tahu kawan, kalau manusia itu tidak ada yang sempurna. Tuhan menciptakan kita sebagai manusia lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya, seimbang dengan sisi baik dan buruknya. Akankah kita memboroskan waktu hanya untuk mengadili diri sendiri dan menyesali kekurangan pada diri kita, padahal sejatinya kelebihan yang kita punya mampu menutupi segala kekurangan yang ada. Ataukah sebaliknya, kita akan fokus mengembangkan potensi untuk melejitkan penghargaan diri yang mengagumkan dan menyingkirkan pikiran- pikiran negatif!
Keberhasilan adalah kemampuan untuk tegak kembali sesudah terjatuh (a champion is one who gets up when he can’t). Dalam sebuah hadits “Hikmah itu adalah milik , di mana pun ia menemukannya, maka ia adalah orang yang paling berhak untuk mengambilnya.” (HR Thabrani). Setiap kejadian di muka bumi ini mempunyai hikmah, dan beruntunglah kita yang dapat mengambil hikmah dari kejadian yang telah terjadi, baik itu kejadian yang menggembirakan atau pun sebaliknya.
Maka, kita dapat menggunakan pengalaman masa lalu sebagai cermin untuk mendapatkan keberhasilan yang nyata. Terlebih lagi memanfaatkan potensi yang dilandasi dengan penghargaan diri yang kuat dan tampil secemerlang orang yang berpotensi sukses. Ingat! Tugas kita bukan untuk berhasil, melainkan untuk mencoba. Karena dari mencoba itulah kita belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
Langkah penting untuk menunjukkan penghargaan diri yang hebat adalah membangun kepercayaan diri yang kokoh. Katakan hal- hal positif untuk diri kita sendiri. Ketika menghadapi tantangan dan masalah, teriakkan “Aku bisa, dan akan kulakukan!” Pompakan terus hal-hal positif. Sesungguhnya, sugesti yang diciptakan secara jujur dalam perasaan kita akan berpengaruh besar terhadap sikap dan perbuatan kita. Meskipun untuk melakukannya tidak selalu mudah. Dalam kehidupan ini, kita harus belajar bagaimana menyemangati dan menjadi sahabat terbaik bagi diri sendiri, juga bagaimana kita memerangi bisikan negatif yang seringkali menjadi momok dalam kehidupan ini.
Salah satu kunci mengatasi rasa takut gagal adalah sikap yang tepat. Tak ada penghalang keberhasilan bila sikap kita tepat. Kegagalan memang tidak menyenangkan, tetapi ia bisa menjadi pengalaman belajar yang berharga. Kalau kita tidak pernah melakukan sesuatu karena takut gagal, sama saja tidak pernah belajar menjadi lebih baik. Jangan berharap pada keajaiban atau pengharapan yang tidak realistis! Berpikirlah secara nyata dan kongkrit, karena kita hidup dalam kehidupan yang nyata. Persoalan-persoalan hidup ini dimaksudkan untuk menjadikan kita lebih baik, bukan tambah tercekik. Jadi, apa pun alasannya, kita harus ingat bahwa gagal adalah bagian dari hidup. Dan disana memang nggak ada orang yang menang terus-menerus.
Semakin positif pikiran kita tentang diri sendiri, maka semakin tinggi pula penghargaan kita atasnya. Penghargaan diri secara umum adalah perasaan (puas atau kecewa) terhadap diri sendiri. Penghargaan diri senantiasa berkembang seiring dengan bertambahnya kedewasaan. Ingat! Kadang kala penghargaan diri yang berlebihan bisa berdampak pada munculnya sifat yang buruk, seperti congkak dan egois. Begitu pula dengan minimnya penghargaan untuk diri sendiri, akan berdampak pada perasaan sepi atau tidak berguna untuk hidup. Pada titik ekstrim penghargaan diri yang rendah bisa meyakinkan kita untuk melakukan bunuh diri, na’udzubillahi min dzalik. Maka, Penghargaan diri yang baik adalah penghargaan yang seimbang.
Kalau kita ingin merasa bahwa diri kita adalah orang yang berguna, hal pertama yang harus dilakukan adalah berhenti memusuhi diri sendiri. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri saat gagal. Jangan merendahkan diri sendiri ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan. Meningkatkan penghargaan diri membutuhkan upaya, dan itu bisa ditempuh dengan keseriusan dan keteguhan.
“Waktu, mengubah semua hal kecuali kita. Kita mungkin menua dengan berjalannya waktu, tetapi belum tentu membijak. Kitalah yang harus mengubah diri kita sendiri” (Mario Teguh). Jadilah diri kita sendiri. Namun diri kita yang terbaik. Beranilah tampil beda (positif) dan selalu ikuti kata hati. Jalani hari-hari kita semaksimal mungkin. Seperti sebuah syair ‘Gunakanlah kesempatan selagi rambutmu yang hitam belum memutih, karena sesungguhnya dunia itu ibarat dinding rumah yang hampir roboh.’ Oleh karena itu, dapatkan yang terbaik dari tiap detik, tiap jam, tiap hari, dan tiap umur hidup kita. Lalu kita bisa menatap ke depan dengan penuh percaya diri, dan menoleh ke belakang tanpa rasa sesal.[]
Kita pasti pernah merasakan sebuah kegagalan dan pahitnya kehidupan. Tak sedikit pula di antara kita yang tenggelam dalam lembah keputusasaan, lalu beranggapan kalau Tuhan itu tidak adil, Tuhan itu pilih kasih, Tuhan itu begini dan begitu. Semua orang tahu kawan, kalau manusia itu tidak ada yang sempurna. Tuhan menciptakan kita sebagai manusia lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya, seimbang dengan sisi baik dan buruknya. Akankah kita memboroskan waktu hanya untuk mengadili diri sendiri dan menyesali kekurangan pada diri kita, padahal sejatinya kelebihan yang kita punya mampu menutupi segala kekurangan yang ada. Ataukah sebaliknya, kita akan fokus mengembangkan potensi untuk melejitkan penghargaan diri yang mengagumkan dan menyingkirkan pikiran- pikiran negatif!
Keberhasilan adalah kemampuan untuk tegak kembali sesudah terjatuh (a champion is one who gets up when he can’t). Dalam sebuah hadits “Hikmah itu adalah milik , di mana pun ia menemukannya, maka ia adalah orang yang paling berhak untuk mengambilnya.” (HR Thabrani). Setiap kejadian di muka bumi ini mempunyai hikmah, dan beruntunglah kita yang dapat mengambil hikmah dari kejadian yang telah terjadi, baik itu kejadian yang menggembirakan atau pun sebaliknya.
Maka, kita dapat menggunakan pengalaman masa lalu sebagai cermin untuk mendapatkan keberhasilan yang nyata. Terlebih lagi memanfaatkan potensi yang dilandasi dengan penghargaan diri yang kuat dan tampil secemerlang orang yang berpotensi sukses. Ingat! Tugas kita bukan untuk berhasil, melainkan untuk mencoba. Karena dari mencoba itulah kita belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
Langkah penting untuk menunjukkan penghargaan diri yang hebat adalah membangun kepercayaan diri yang kokoh. Katakan hal- hal positif untuk diri kita sendiri. Ketika menghadapi tantangan dan masalah, teriakkan “Aku bisa, dan akan kulakukan!” Pompakan terus hal-hal positif. Sesungguhnya, sugesti yang diciptakan secara jujur dalam perasaan kita akan berpengaruh besar terhadap sikap dan perbuatan kita. Meskipun untuk melakukannya tidak selalu mudah. Dalam kehidupan ini, kita harus belajar bagaimana menyemangati dan menjadi sahabat terbaik bagi diri sendiri, juga bagaimana kita memerangi bisikan negatif yang seringkali menjadi momok dalam kehidupan ini.
Salah satu kunci mengatasi rasa takut gagal adalah sikap yang tepat. Tak ada penghalang keberhasilan bila sikap kita tepat. Kegagalan memang tidak menyenangkan, tetapi ia bisa menjadi pengalaman belajar yang berharga. Kalau kita tidak pernah melakukan sesuatu karena takut gagal, sama saja tidak pernah belajar menjadi lebih baik. Jangan berharap pada keajaiban atau pengharapan yang tidak realistis! Berpikirlah secara nyata dan kongkrit, karena kita hidup dalam kehidupan yang nyata. Persoalan-persoalan hidup ini dimaksudkan untuk menjadikan kita lebih baik, bukan tambah tercekik. Jadi, apa pun alasannya, kita harus ingat bahwa gagal adalah bagian dari hidup. Dan disana memang nggak ada orang yang menang terus-menerus.
Semakin positif pikiran kita tentang diri sendiri, maka semakin tinggi pula penghargaan kita atasnya. Penghargaan diri secara umum adalah perasaan (puas atau kecewa) terhadap diri sendiri. Penghargaan diri senantiasa berkembang seiring dengan bertambahnya kedewasaan. Ingat! Kadang kala penghargaan diri yang berlebihan bisa berdampak pada munculnya sifat yang buruk, seperti congkak dan egois. Begitu pula dengan minimnya penghargaan untuk diri sendiri, akan berdampak pada perasaan sepi atau tidak berguna untuk hidup. Pada titik ekstrim penghargaan diri yang rendah bisa meyakinkan kita untuk melakukan bunuh diri, na’udzubillahi min dzalik. Maka, Penghargaan diri yang baik adalah penghargaan yang seimbang.
Kalau kita ingin merasa bahwa diri kita adalah orang yang berguna, hal pertama yang harus dilakukan adalah berhenti memusuhi diri sendiri. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri saat gagal. Jangan merendahkan diri sendiri ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan. Meningkatkan penghargaan diri membutuhkan upaya, dan itu bisa ditempuh dengan keseriusan dan keteguhan.
“Waktu, mengubah semua hal kecuali kita. Kita mungkin menua dengan berjalannya waktu, tetapi belum tentu membijak. Kitalah yang harus mengubah diri kita sendiri” (Mario Teguh). Jadilah diri kita sendiri. Namun diri kita yang terbaik. Beranilah tampil beda (positif) dan selalu ikuti kata hati. Jalani hari-hari kita semaksimal mungkin. Seperti sebuah syair ‘Gunakanlah kesempatan selagi rambutmu yang hitam belum memutih, karena sesungguhnya dunia itu ibarat dinding rumah yang hampir roboh.’ Oleh karena itu, dapatkan yang terbaik dari tiap detik, tiap jam, tiap hari, dan tiap umur hidup kita. Lalu kita bisa menatap ke depan dengan penuh percaya diri, dan menoleh ke belakang tanpa rasa sesal.[]
0 comments:
Posting Komentar