Oleh : Rahmat Arafah*
Islam merupakan agama yang mampu mengajarakan kepada seluruh pengikutnya tatanan kehidupan. Sehingga tidak satupun celah dalam kehidupan ini yang tidak diatur oleh Islam. Hal ini dikarenakan Islam merupakan agama yang paling lengkap lagi pelengkap akan semua ajaran samawi yang lebih dahulu turun sebelum nilai ke-Islaman diajarkan oleh Nabi Muhammad. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah; sudahkah kita menerapkan nilai-nilai ke-Islaman dalam setiap aspek kehidupan kita, atau nilai ke-Islman kita baru hanya pada batasan syahadat, shalat serta puasa saja. Sehingga selain aspek itu kita tidak lagi menjadikan agama sebagai landasan. Padahal Allah telah mengingatkan kita untuk ber-Islam secara total dalam firmanNya :
(QS.02: 208) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَآفَّةً
Salah satu titik point dari ajaran agama Islam yaitu, bagaimana Islam mampu mengajarkan system transaksi ekonomi yang betul-betul saling menguntungkan, sesuai dengan nilai syariat, tanpa harus ada pihak yang dirugikan secara sepihak. Demikianlah Islam mengatur dunia ekonomi dalam pola kehidupan.
Karena mau tidak mau, kita juga harus mengakui bahwa dalam kehidupan sehari-hari, mulai seorang bayi lahir hingga ajal menjemputnya, manusia tidak akan pernah luput dari ekonomi. Sehingga, jangan sampai kita selaku ummat Islam terjebak dalam perkara yang sederhana, namun sangat krusial sekali. Bukan seperti pameo yang mengungkapkan bahwa untuk urusan dunia, maka jangan campur adukkan dengan urusan agama. Kenapa? Karena seorang muslim dituntut untuk mempercayai akan ajaran yang dibawa oleh Baginda Rasulullah, baik itu permasalahan yang erat hubungannya dengan sang pencipta (hablum minallah) serta hubungan kita dengan sesama manusia (hablum minannas).
Embrio Ekonomi Syariah
Ekonomi syariah sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru di tanah air kita. Hal ini ditandai dengan lahirnya Bank Muamalat pada tahun 1991. Sehingga setelah itu secara perlahan namun pasti, “nyawa” ekonomi syariah bermunculan untuk saling melengkapi satu sama lainnya. Apalagi pasca krisis moneter yang melanda tanah air pada tahun 1998, banyak sekali lembaga keuangan yang gulung tikar imbas dari krisis monter. Namun berbanding terbalik dengan lembaga keuangan yang dikelola secara islami. Namun hal tersebut tentu harus berimbang antara kuantitas serta kwalitas yang dibutuhkan oleh lapangan, bukan sekedar “ganti baju” saja.
Seiring berjalannya waktu, maka untuk menjawab berbagai macam tantangan serta problematika dunia ekonomi syariah, dibutuhkanlah edukasi yang tidak gampang dan mudah. Hal ini karena system ekonomi konvensional yang sudah mendarah daging bukan saja ditanah air, bahkan sampai pada belahan dunia manapun. Sehingga dampak dari hal itu perlunya ekstra energi untuk membangkitkan dunia ekonomi dengan menggunakan sistem syariah. Karena pada hakekatnya, ekonomi syariah tidak saja pada dunia per-bank-an saja, namun justru jauh lebih luas dari itu lagi. Bahkan beberapa tahun terakhir ini, Negara-negara yang penduduk muslimnya minoritas mulai membidik system ekonomi syariah.
Lembaga Edukasi Ekonomi Syariah
Untuk mewujudkan hal tersebut, banyak sekali hal yang dilakukan oleh para pecinta dan penggiat dakwah ekonomi syariah, baik itu Indonesia sendiri maupun Negara lain. Contohnya adalah Bank Indonesia sendiri dalam upaya sosialisasi ini khususnya di sektor perbankan mengeluarkan logo IB (baca ai-bi), sebagai upaya dalam mengkomunikasikan kepada masyarakat agar mengenali layanan perbankan syariah dimanapun mereka berada. Selain itu, muncul juga lembaga ataupun organsasi yang sangat intens dalam hal sosialisasi perkembangan serta edukasi ekonomi syariah, seperti MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), maupun CIRTIE (Central Information Research and Training Islamic Economic) dll.
Bahkan mahasiswa Indonesia yang mempunyai perhatian khusus terhadap ekonomi syariah membentuk sebuah wadah nasional dengan nama FoSSEI (Forum Silaturrahmi Studi Ekonomi Islam). Bahkan mahasiswa Indonesia yang kuliah diluar negeri, juga ikut meramaikan aksi sosialisasi serta edukasi maupun ajang pembelajaran untuk memahamai ekonomi syariah. Libya hadir dengan ISIEF (Indonesian Student Islamic Economic Forum), di Cairo sendiri ada PKES (Pusat Kajian Ekonomi Syariah), di Malayasia hadir ISIFED (Islamic Economic Forum for Indonesia Development), bahkan Taiwan juga memiliki FORMMIT (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan), dll
Srikandi Ekonomi Syariah
Betulkah Islam itu tidak mengenal emansipasi terhadap kaum wanita? Kalau kita melihat sejarah kehidupan Nabi Muhammad serta para istrinya, maka akan kita jumpai bahwa istri-istri beliau tidak saja berdiam diri di dunia privat saja. Akan tetapi para istri Rasulullah turut serta dalam dakwah Rasulullah, termasuk saudagar maupun motivator pembangkit ekonomi rumah tangga para sahabat.
Dengan datangnya Islam, maka seketika itu juga derajat kaum perempuan yang semula merupakan kaum yang dipinggirkan mulai diangkat bahkan mendapatkan derajat yang istimewa dalam kacamata Islam. Berabada-abad lamanya setelah Islam membawa pencerahan, muncullah srikandi Kartini yang mengajak kepada kaum perempuan Indonesia untuk berusaha selalu meningkatkan wawasannya, sehingga mampu bersinergi dalam kehidupan. Saat ini, setelah bertahun-tahun lamanya era tersebut, kita dapat melihat beberapa srikandi-srikandi yang turut serta memperjuangkan ekonomi syariah. Karena nilai dari ekonomi syariah merupakan kegiatan yang memperhatikan keseimbangan, keadilan, kejujuran, keterbukaan dan kesetaraan.
Pada tahun 2010 yang tergolong masih berada pada kwartal pertama, salah satu lembaga edukasi ekonomi syariah dibawah payung PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah) telah melahirkan “anak” baru dengan nama PES (Perempuan Ekonomi Syariah). Lahirnya sebuah komunitas baru ini, khususnya bagi kalangan kaum wanita merupakan bentuk kepedulian kaum perempuan untuk turut andil dalam barisan para mujahidah peduli ekonomi syariah. Sehingga dengan wadah PES tersebut, kaum perempuan lebih leluasa dalam menambah wawasan ekonomi syariah. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, kaum perempuan minimal dalam skala rumah tangga merupakan finance manager. Sehingga seorang finance manager rumah tangga akan sukses ketika mampu mengelola dana yang tersedia dengan baik lagi sempurna.
Di Indonesia sendiri kita dapat melihat banyaknya tokoh ekonomi syariah yang terdiri dari kaum adam. Namun hal ini juga tidak menghalangi bagi kaum hawa/perempuan untuk turut berpartisipasi. Beberapa diantara mereka adalah: Nusca Srie Sulistiyowati (Direktur Bank Syariah Mandiri), Siti Ch. Fadjrijah (Deputi Gubernur BI), Ratih Sanggarwati (Perintis Modelling Muslimah), Dr Uswatun Hasanah (akademisi UI, Anggota Pakar Badan Wakaf Indonesia), Nurul B Djaafar (Managing Director Muamalat Institute), Dr Siti Murtiyani (Pakar Ekonomi Syariah serta Pendiri lembaga pendidikan STIE HAMFARA Yogyakarta), Ummu Masmu’ah (Direktur Utama PT Haula Sejahtera, produsen mainan anak yang edukatif berlabel Haula Toys), Yanti Isa (Direktur Utama PT Magfood Inovasi Pangan) dll.
Pada tahun 2006, Prof Mummad Yunus dari Bangladesh peraih nobel dibidang perdamaian yang menggeser posisi Presiden SBY dari perih nobel, mampu menggerakkan pemberdayaan peran para srikandi untuk mengelola keuangan melalui Bank Grameen. Lembaga keuangan ini memberikan pembiayaan usaha mikro yang mana debiturnya 95 % adalah kaum perempuan.
Personal Investing
Dalam tulisan di atas, sudah disinggung sedikit bahwa kaum perempuan dalam skala rumah tangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam mengelola lembaga keuangan rumah tangga. Hal ini terjadi karena pada umumnya kepala keluarga berkonsentrasi dalam dunia kerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, maka kaum perempuanlah (istri) yang harus mengambil alih tugas mengatur lalu lintas keuangan rumah tangga. Sehinga dampak dari itu dapat kita baca kebiasaan bagaimana seorang perempuan/istri yang terbiasa mengelola keuanganpribadi/ keluarga akan berbeda dengan kaum laki-laki yang lebih banyak konsentrasi pada pemenuhan nafkah. Karena secara mental dan pola pikir finance manager rumah tangga akan melakukan investasi dengan sudut pandang yang lebih rinci dan lengkap. Namun apabila para finance manager tidak mampu bekerja dengan maksimal, maka virus deficit dengan setia akan selalu mengiringi.
Hal utama yang harus kita pahami bersama sebelum merencanakan keuangan yang kita miliki adalah pandangan terhadap harta itu sendiri. Mulai dari stutus harta yang kita miliki itu, apakah betul-betul milik kita atau bukan. Dengan memahami pada hakikatnya harta yang kita miliki merupakan titipan Allah sementara waktu. Sehingga dengan demikian kita akan melakukan personal investing terhadap sektor yang dibenarkan oleh syariat. Bukan pembenaran menurut hawa nafsu. Sehingga apabila kita melakukan personal investing berdasarkan syariat, maka kita akan mendapatakan double keuntungan; untung dunia dan untung akherat. Dalam sejarah Sahabat Rasulullah, kita dapat melihat ketauladan Abu Bakar, Utsman bin Affan dalam membelanjakan harta yang mereka miliki. Sehingga apabila kita semua memahami bahwa sedikit apapun harta yang kita miliki, maka jangan lupa untuk menyisihkan sedikit untuk infaq maupun shadaqah. Karena sesungguhnya harta itu merupakn bagian dari ujian hidup; baik ketika lapang maupun sempit. []
* Koordinator Forum Kajian ISIEF, Tripoli-Libya.
Islam merupakan agama yang mampu mengajarakan kepada seluruh pengikutnya tatanan kehidupan. Sehingga tidak satupun celah dalam kehidupan ini yang tidak diatur oleh Islam. Hal ini dikarenakan Islam merupakan agama yang paling lengkap lagi pelengkap akan semua ajaran samawi yang lebih dahulu turun sebelum nilai ke-Islaman diajarkan oleh Nabi Muhammad. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah; sudahkah kita menerapkan nilai-nilai ke-Islaman dalam setiap aspek kehidupan kita, atau nilai ke-Islman kita baru hanya pada batasan syahadat, shalat serta puasa saja. Sehingga selain aspek itu kita tidak lagi menjadikan agama sebagai landasan. Padahal Allah telah mengingatkan kita untuk ber-Islam secara total dalam firmanNya :
(QS.02: 208) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَآفَّةً
Salah satu titik point dari ajaran agama Islam yaitu, bagaimana Islam mampu mengajarkan system transaksi ekonomi yang betul-betul saling menguntungkan, sesuai dengan nilai syariat, tanpa harus ada pihak yang dirugikan secara sepihak. Demikianlah Islam mengatur dunia ekonomi dalam pola kehidupan.
Karena mau tidak mau, kita juga harus mengakui bahwa dalam kehidupan sehari-hari, mulai seorang bayi lahir hingga ajal menjemputnya, manusia tidak akan pernah luput dari ekonomi. Sehingga, jangan sampai kita selaku ummat Islam terjebak dalam perkara yang sederhana, namun sangat krusial sekali. Bukan seperti pameo yang mengungkapkan bahwa untuk urusan dunia, maka jangan campur adukkan dengan urusan agama. Kenapa? Karena seorang muslim dituntut untuk mempercayai akan ajaran yang dibawa oleh Baginda Rasulullah, baik itu permasalahan yang erat hubungannya dengan sang pencipta (hablum minallah) serta hubungan kita dengan sesama manusia (hablum minannas).
Embrio Ekonomi Syariah
Ekonomi syariah sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru di tanah air kita. Hal ini ditandai dengan lahirnya Bank Muamalat pada tahun 1991. Sehingga setelah itu secara perlahan namun pasti, “nyawa” ekonomi syariah bermunculan untuk saling melengkapi satu sama lainnya. Apalagi pasca krisis moneter yang melanda tanah air pada tahun 1998, banyak sekali lembaga keuangan yang gulung tikar imbas dari krisis monter. Namun berbanding terbalik dengan lembaga keuangan yang dikelola secara islami. Namun hal tersebut tentu harus berimbang antara kuantitas serta kwalitas yang dibutuhkan oleh lapangan, bukan sekedar “ganti baju” saja.
Seiring berjalannya waktu, maka untuk menjawab berbagai macam tantangan serta problematika dunia ekonomi syariah, dibutuhkanlah edukasi yang tidak gampang dan mudah. Hal ini karena system ekonomi konvensional yang sudah mendarah daging bukan saja ditanah air, bahkan sampai pada belahan dunia manapun. Sehingga dampak dari hal itu perlunya ekstra energi untuk membangkitkan dunia ekonomi dengan menggunakan sistem syariah. Karena pada hakekatnya, ekonomi syariah tidak saja pada dunia per-bank-an saja, namun justru jauh lebih luas dari itu lagi. Bahkan beberapa tahun terakhir ini, Negara-negara yang penduduk muslimnya minoritas mulai membidik system ekonomi syariah.
Lembaga Edukasi Ekonomi Syariah
Untuk mewujudkan hal tersebut, banyak sekali hal yang dilakukan oleh para pecinta dan penggiat dakwah ekonomi syariah, baik itu Indonesia sendiri maupun Negara lain. Contohnya adalah Bank Indonesia sendiri dalam upaya sosialisasi ini khususnya di sektor perbankan mengeluarkan logo IB (baca ai-bi), sebagai upaya dalam mengkomunikasikan kepada masyarakat agar mengenali layanan perbankan syariah dimanapun mereka berada. Selain itu, muncul juga lembaga ataupun organsasi yang sangat intens dalam hal sosialisasi perkembangan serta edukasi ekonomi syariah, seperti MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), maupun CIRTIE (Central Information Research and Training Islamic Economic) dll.
Bahkan mahasiswa Indonesia yang mempunyai perhatian khusus terhadap ekonomi syariah membentuk sebuah wadah nasional dengan nama FoSSEI (Forum Silaturrahmi Studi Ekonomi Islam). Bahkan mahasiswa Indonesia yang kuliah diluar negeri, juga ikut meramaikan aksi sosialisasi serta edukasi maupun ajang pembelajaran untuk memahamai ekonomi syariah. Libya hadir dengan ISIEF (Indonesian Student Islamic Economic Forum), di Cairo sendiri ada PKES (Pusat Kajian Ekonomi Syariah), di Malayasia hadir ISIFED (Islamic Economic Forum for Indonesia Development), bahkan Taiwan juga memiliki FORMMIT (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan), dll
Srikandi Ekonomi Syariah
Betulkah Islam itu tidak mengenal emansipasi terhadap kaum wanita? Kalau kita melihat sejarah kehidupan Nabi Muhammad serta para istrinya, maka akan kita jumpai bahwa istri-istri beliau tidak saja berdiam diri di dunia privat saja. Akan tetapi para istri Rasulullah turut serta dalam dakwah Rasulullah, termasuk saudagar maupun motivator pembangkit ekonomi rumah tangga para sahabat.
Dengan datangnya Islam, maka seketika itu juga derajat kaum perempuan yang semula merupakan kaum yang dipinggirkan mulai diangkat bahkan mendapatkan derajat yang istimewa dalam kacamata Islam. Berabada-abad lamanya setelah Islam membawa pencerahan, muncullah srikandi Kartini yang mengajak kepada kaum perempuan Indonesia untuk berusaha selalu meningkatkan wawasannya, sehingga mampu bersinergi dalam kehidupan. Saat ini, setelah bertahun-tahun lamanya era tersebut, kita dapat melihat beberapa srikandi-srikandi yang turut serta memperjuangkan ekonomi syariah. Karena nilai dari ekonomi syariah merupakan kegiatan yang memperhatikan keseimbangan, keadilan, kejujuran, keterbukaan dan kesetaraan.
Pada tahun 2010 yang tergolong masih berada pada kwartal pertama, salah satu lembaga edukasi ekonomi syariah dibawah payung PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah) telah melahirkan “anak” baru dengan nama PES (Perempuan Ekonomi Syariah). Lahirnya sebuah komunitas baru ini, khususnya bagi kalangan kaum wanita merupakan bentuk kepedulian kaum perempuan untuk turut andil dalam barisan para mujahidah peduli ekonomi syariah. Sehingga dengan wadah PES tersebut, kaum perempuan lebih leluasa dalam menambah wawasan ekonomi syariah. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, kaum perempuan minimal dalam skala rumah tangga merupakan finance manager. Sehingga seorang finance manager rumah tangga akan sukses ketika mampu mengelola dana yang tersedia dengan baik lagi sempurna.
Di Indonesia sendiri kita dapat melihat banyaknya tokoh ekonomi syariah yang terdiri dari kaum adam. Namun hal ini juga tidak menghalangi bagi kaum hawa/perempuan untuk turut berpartisipasi. Beberapa diantara mereka adalah: Nusca Srie Sulistiyowati (Direktur Bank Syariah Mandiri), Siti Ch. Fadjrijah (Deputi Gubernur BI), Ratih Sanggarwati (Perintis Modelling Muslimah), Dr Uswatun Hasanah (akademisi UI, Anggota Pakar Badan Wakaf Indonesia), Nurul B Djaafar (Managing Director Muamalat Institute), Dr Siti Murtiyani (Pakar Ekonomi Syariah serta Pendiri lembaga pendidikan STIE HAMFARA Yogyakarta), Ummu Masmu’ah (Direktur Utama PT Haula Sejahtera, produsen mainan anak yang edukatif berlabel Haula Toys), Yanti Isa (Direktur Utama PT Magfood Inovasi Pangan) dll.
Pada tahun 2006, Prof Mummad Yunus dari Bangladesh peraih nobel dibidang perdamaian yang menggeser posisi Presiden SBY dari perih nobel, mampu menggerakkan pemberdayaan peran para srikandi untuk mengelola keuangan melalui Bank Grameen. Lembaga keuangan ini memberikan pembiayaan usaha mikro yang mana debiturnya 95 % adalah kaum perempuan.
Personal Investing
Dalam tulisan di atas, sudah disinggung sedikit bahwa kaum perempuan dalam skala rumah tangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam mengelola lembaga keuangan rumah tangga. Hal ini terjadi karena pada umumnya kepala keluarga berkonsentrasi dalam dunia kerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, maka kaum perempuanlah (istri) yang harus mengambil alih tugas mengatur lalu lintas keuangan rumah tangga. Sehinga dampak dari itu dapat kita baca kebiasaan bagaimana seorang perempuan/istri yang terbiasa mengelola keuanganpribadi/ keluarga akan berbeda dengan kaum laki-laki yang lebih banyak konsentrasi pada pemenuhan nafkah. Karena secara mental dan pola pikir finance manager rumah tangga akan melakukan investasi dengan sudut pandang yang lebih rinci dan lengkap. Namun apabila para finance manager tidak mampu bekerja dengan maksimal, maka virus deficit dengan setia akan selalu mengiringi.
Hal utama yang harus kita pahami bersama sebelum merencanakan keuangan yang kita miliki adalah pandangan terhadap harta itu sendiri. Mulai dari stutus harta yang kita miliki itu, apakah betul-betul milik kita atau bukan. Dengan memahami pada hakikatnya harta yang kita miliki merupakan titipan Allah sementara waktu. Sehingga dengan demikian kita akan melakukan personal investing terhadap sektor yang dibenarkan oleh syariat. Bukan pembenaran menurut hawa nafsu. Sehingga apabila kita melakukan personal investing berdasarkan syariat, maka kita akan mendapatakan double keuntungan; untung dunia dan untung akherat. Dalam sejarah Sahabat Rasulullah, kita dapat melihat ketauladan Abu Bakar, Utsman bin Affan dalam membelanjakan harta yang mereka miliki. Sehingga apabila kita semua memahami bahwa sedikit apapun harta yang kita miliki, maka jangan lupa untuk menyisihkan sedikit untuk infaq maupun shadaqah. Karena sesungguhnya harta itu merupakn bagian dari ujian hidup; baik ketika lapang maupun sempit. []
* Koordinator Forum Kajian ISIEF, Tripoli-Libya.
0 comments:
Posting Komentar