Geliat Perubahan Jasmine

20 Des 2009

oleh : Ellen F. Valentine

Jaringan Kreasi Mahasiswi Indonesia (JASMINE) dibentuk pada tahun 2006 dan diketuai pertama kali oleh Saudari Naily Zulfatul Jannah, Lc dengan hanya beranggotakan delapan orang. Sebagai komunitas mahasiswi Indonesia, Jasmine lebih memfokuskan kegiatannya pada hal-hal yang bersifat ilmiah daripada keorganisasian. Mengingat masih terbatasnya ruang gerak bagi perempuan pada saat itu, maka otomatis kegiatan-kegiatannya hanya sebatas pada intern sesama mahasiswi Indonesia, seperti diskusi rutin, tahfidz, serta kajian hadits.

Seiring perkembangan zaman dan bertambahnya anggota, Jasmine terus memperbaiki diri. Dari yang awalnya hanya sebagai ajang kumpul-kumpul dan sharing informasi, Jasmine mulai memperjelas identitasnya. Pada tahun 2007 Jasmine memproklamirkan diri sebagai badan otonom (BO) Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia (KKMI). Di sini, Jasmine mulai dituntut untuk mandiri dan mempunyai hak otonomi untuk mengatur rumah tangganya sendiri meski ternyata BO ini masih sepenuhnya bergantung pada organisasi induk, KKMI. Hal ini bisa dimaklumi mengingat Jasmine baru terbentuk setahun sebelumnya.

Baru kemudian pada Permusyawaratan Besar 2009 KKMI, Jasmine mempunyai identitas dan garis koordinasi yang jelas dengan Dewan Permusyawaratan Inti (DPI) KKMI yaitu sebagai departemen keputrian yang kedudukannya sama dengan departemen lain di KKMI. Bedanya, objek yang diurusi adalah mahasiswi Indonesia.

Aktifitas Jasmine
Sebagai organisasi mahasiswi Indonesia yang berada di tengah negara-negara lainnya –tentu dengan kemajemukan ras, bahasa, warna kulit, dan kultur yang berbeda-, maka Jasmine dituntut untuk proporsional, khususnya dalam menjaga hubungan eksternal dengan mahasiswi asing di kampus Kuliyah Dakwah Islamiyah. Terkadang masalah sepele bisa menjadi besar jika tidak disikapi dengan serius. Sebagai contoh, karena terlalu sering kumpul-kumpul dengan sesama komunitas Indonesia, entah itu untuk kegiatan resmi maupun hanya untuk makan bareng, Jasmine pernah dicap sebagai komunitas ekslusif yang tidak mau bergaul dengan teman-teman dari negara lain. Hal itu tentu tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Sebagai solusinya maka Jasmine mulai mengurangi kumpul-kumpul yang tidak resmi tersebut dan menggantinya dengan turut berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan Amanah Muktamar Thulabi (BEM kampus). Contohnya dengan mengadakan sholat jamaah dan tahfidz maupun tahsin al-Qur’an di salah satu tempat di asrama mahasiswi yang diikuti oleh teman-teman mahasiswi luar negeri. Dan sana, kita kemudian tahu bahwa ternyata masih banyak dari mereka yang belum bisa membaca Al-qur’an, sehingga harus diajari dari nol, dari membaca huruf hijaiyyah. Disinilah anggota Jasmine dituntut untuk berperan aktif menyumbangkan ilmunya.

Salah satu kegiatan yang menjadi bukti “kesamaan derajat” Jasmine dengan divisi-divisi lain di KKMI adalah diadakannya talkshow dengan tema “Menggagas sistem pendidikan anti materialisme dan sekulerisme” dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional. Kegiatan ini merupakan kali pertama yang diadakan Jasmine dengan mengundang audiens eksternal. Saya katakan eksternal karena selama ini Jasmine hanya memfokuskan kegiatan-kegiatannya intern anggota Jasmine saja. Talkshow ini bisa dikatakan sebagai respon atas pertanyaan-pertanyaan anggota KKMI yang “haus” mencari sosok-sosok perempuan modern, intelek, dan dinamis ekaligus sebagai wadah untuk mengaplikasikan dan menyalurkan potensi anggota Jasmine dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah secara lebih luas.

Kegiatan lain yang pernah diadakan adalah mengisi pengajian ibu-ibu di KBRI. Pada waktu itu responnya sangat positif.sehingga Jasmine diminta untuk bisa rutin dua minggu sekali mengisi pengajian. Namun karena beberapa kendala, diantaranya birokrasi kampus yang sulit, akhirnya program tersebut tidak dapat diteruskan.

Saat ini Jasmine dipegang oleh Saudari Sri Wahyuni dengan beranggotakan 17 orang; sebuah jumlah yang tidak bisa dikatakan sedikit untuk ukuran Kuliyah Dakwah. Dengan semakin bertambahnya anggota, diharapkan bisa membawa angin segar bagi Jasmine. Ide-ide baru banyak bermunculan. Semangat untuk maju pun semakin menggebu. Satu hal yang sangat membanggakan, Jasmine sekarang ini tidak lagi “malu-malu” untuk unjuk gigi. Dalam banyak event yang diadakan KKMI pun, kini Jasmine lebih aktif berperan serta. Nampaknya euphoria persamaan gender membawa dampak positif bagi divisi ini. Semoga semangat ini terus menyala demi melahirkan jiwa-jiwa muda yang penuh karya.

0 comments:

Posting Komentar