Kreativitas KKMI dan Teori Relevansi

24 Des 2009
Oleh : Miftahur Risal

Kreativitas selalu menjadi hal yang terus didengungkan dalam kehidupan berorganisasi. Karakteristik suatu perkumpulan bisa disebut sebagai organisasi eksis di samping mempunyai tujuan yang jelas, adalah apabila ada kreasi dari anggotanya untuk memajukan perkumpulan yang ada, dan bukan memanfaatkannya sebagai wadah kumpul belaka.

Organisasi tanpa kretivitas sudah pasti akan mandeg dan tinggal menuju ajal. Maka, ide kreatif adalah mutlak bagi setiap organisasi. Kreatif tidak serta merta saya artikan dengan memulai sesuatu yang baru, tidak pula saya artikan dengan penemuan-penemuan penting. Titik berat dari kata kreatif di sini adalah gagasan yang mengarah kepada usaha untuk menjaga eksistensi organisasi di tengah-tengah perkembangan jaman. Sehingga kreasi tersebut bisa dalam bentuk ide baru, penemuan baru, terobosan baru, dan sebagainya, bisa juga dalam bentuk penyempurnaan kegiatan, format ulang suatu acara, kaji ulang suatu program, mengkondisikan program lama dengan tantangan baru yang ada, mengembangkan kinerja, membuat kemasan yang berbeda dari sebelumnya, cara yang berbeda, metodologi berbeda, dan sebagainya. Intinya, kreatif dalam konteks ini tidak menafikan warisan-warisan lama yang relevan untuk dipertahankan.

Dalam kesempatan akhir tahun ini, saya ingin mencoba mengangkat tema kreatif tadi dalam kerangka pertumbuhan dan perkembangan KKMI beberapa waktu terakhir berikut pertimbangan relevansinya dengan kebutuhan anggota.

Pertama-tama saya mengapresiasi kemajuan demi kemajuan dalam tubuh KKMI dari segi kualitas program-programnya. Kebutuhan mendasar bagi anggota sebagai mahasiswa telah dicukupi oleh KKMI dalam aplikasi program-programnya. Meskipun demikian, KKMI sebagai sebuah “organisme” yang hidup dan berkembang tetap saja membutuhkan sesuatu yang bersifat dinamis, tidak statis, dan terus relevan dengan peluang-peluang dan tantangan yang ada.

Sesuatu yang dinamis tadi terkadang tidak secara gamblang terpapar dalam program kerja. Terkadang “tersembunyi” di tengah kalimat-kalimat Garis-garis Besar Program Kerja (GBPK) maupun Ad/ART , terkadang juga hanya merupakan respon atas peluang maupun tantangan yang tiba-tiba muncul dan tidak direncanakan sedari awal. Inilah yang pada akhirnya saya definisikan sebagai kreativitas. Kreatif untuk mengembangkan kinerja, menemukan celah-celah peluang yang menguntungkan bagi organisasi, dan berani mengambil resiko apapun untuk berkembang. Contoh gampangnya adalah yang baru-baru ini dibahas di tingkat Musyawarah Besar, yaitu penghapusan Badan Otonom dan menggantinya dengan UKM,(entah itu unit kegiatan mahasiswa atau unit kreasi mahasiswa). Muncul pertanyaan, mengapa harus diubah? Bukankah sama saja? Toh hanya berganti nama? Pada tahap inilah kreatifitas KKMI dipancing. Hal ini meskipun pada awalnya bersifat “ teoritis non-praktis”, tapi ke depan akan memberi efek yang luar biasa terhadap harmonisme organisasi. Ingat! Kesuksesan teoritis akan memberi dampak kesuksesan pada tingkat praktik. Kerancuan koordinasi dan kenyataan bahwa besarnya intervensi DPI terhadap BO membuatnya harus diubah menjadi UKM yang berafiliasi langsung dengan departemen terkait di tubuh KKMI. Perlu dicatat, saya tidak hendak mengungkitnya di sini dengan tujuan justifikasi dengan benar maupun salah. Saya hanya ingin menggambarkan, bahwa sesuatu “sesakral” AD/ART pun apabila dalam praktiknya tidak relevan dengan peluang, kekuatan organisasi, maupun tantangan yang ada; maka tidak menghalangi kita untuk mengoreksinya.

Contoh lain adalah berupa respon DPI 2008-2009 yang sedari awal tidak mencantumkan satu pun program kerja untuk ketua karena pertimbangan tertentu. Setelah berjalan hampir 7 bulan, mayoritas anggota menganggapnya tidak terlalu “membantu” dalam usaha memonitor kinerja ketua, pun dalam rangka memetakan otoritas dan tanggung jawab agar lebih fokus. Respon DPI yang dengan legowo mengubah bentuk awal program kerja yang-sebenarnya-secara resmi telah disetujui di rapat kerja pertama DPI dan menyesuaikannya dengan kebutuhan anggota; adalah suatu respon positif yang sekali lagi menggambarkan bagaimana organisasi harus selalu mempertimbangkan aspek relevansi dalam segala aspek, teoritis maupun praktis. Itu hanya dua dari sekian banyak contoh yang ada, yang sengaja saya ambil dari aspek teoritis saja.

Dalam ranah praktek, jauh lebih banyak lagi bentuk kreativitas yang lahir dari KKMI akhir-akhir ini sebagai sebuah organisasi yang dinamis. Terbentuknya departemen-departmen baru dalam dua sampai tiga tahun ini dengan tugas dan tanggung jawab yang sama sekali baru jelas merupakan bentuk kreativitas yang tak ternilai. Ditambah dengan semakin variatifnya format kegiatan dari waktu ke waktu plus pembenahan yang efisien mengantarkan kita untuk sekali lagi angkat topi bagi KKMI. Tidak ada yang pantas kita sampaikan kecuali apresiasi dan dukungan penuh untuk kreativitas-kreativitas yang muncul tersebut.

Relevansi Aspek Kekeluargaan
Prinsip relevansi di atas hendaknya bisa diaplikasikan di dalam dua sudut pandang sekaligus. Pertama; adalah KKMI sebagai sebuah organisasi profesional, dan kedua; KKMI sebagai sebuah organisasi kekeluargaan (sebagaimana namanya). Memperbincangkan KKMI sebagai sebuah organisasi profesional tentunya lebih mudah dan pasti karena rujukannya jelas ada. Mulai dari AD/ART, GBPK, hingga Program Kerja adalah serangkaian acuan untuk “melihat” KKMI. Namun, tidak semudah itu dalam melihat KKMI dari sudut pandang “kekeluargaan”nya. Hal ini karena aspek kekeluargaan adalah aspek normatif ( hal-hal yang bersifat norma) yang tentu saja tak tertuliskan dalam lembaran-lembaran kertas formal.

Ada beberapa fenomena menarik dari KKMI ini yang barangkali cocok untuk dijadikan contoh bagaimana prinsip relevansi dapat dipraktikkan juga di aspek kekeluargaan ini. Salah satunya adalah perkembangan kesolidan KKMI dari tahun ke tahun. Pada Kepengurusan KKMI 2006-2007 (ketika saya menjadi anggota baru) iklim kekeluargaan masih saya rasa kurang. Masalah Intern DPI dengan vulgar terekspos ke publik, sedikit banyak menggambarkan bagaimana kurang harmonisnya “keluarga” KKMI waktu itu. Pun demikian ketika saat-saat menjelang SPA, nuansa saling “jebak” masih sangat terasa. Dalam konteks organisasi profesional, hal-hal semacam ini mungkin dipandang sehat karena dengan adanya “lawan” memungkinkan adanya kontrol kepengurusan yang sehat. Akan masih dalam taraf “sehat” dan normal apabila masih dalam koridor profesionalisme. Namun, ketika mulai merembet ke persoalan-persoalan non organisasi, hal-hal semacam itu hanya akan menimbulkan iklim tidak sehat di tubuh organisasi.

Tanpa perlu mengorek luka lama lebih dalam lagi, saya pikir perkembangan KKMI hingga 2009-2010 ini sangatlah menggembirakan. Setidaknya, nuansa kekeluargaan dalam awal pemilihan maupun kesolidan kepengurusan KKMI itu sendiri telah mengalami perkembangan yang signifikan. Inilah yang membuktikan bahwa kata “keluarga” semakin relevan disematkan ke KKMI sebagaimana cita-cita founding fathers-nya.
Hal selanjutnya, barangkali lebih banyak berpulang kepada anggota secara keseluruhan, yaitu partisipasi yang masih pasang-surut. Memang partisipasi organisasi bersifat dinamis, tidak statis, yang selalu naik-turun. Namun, coba kita pulangkan hal tersebut ke teori relevansi tadi. Apakah cocok sebuah keluarga dibangun di atas sikap tidak saling mendukung? Apakah sopan bagi seorang anak untuk tidak melaksankan perintah “bapak”nya? Dengan kata lain, layakkah kita sebagai keluarga memprioritaskan urusan pribadi masing-masing di atas kepentingan keluarga besar? Hal yang sukar ditentukan sekarang, ketika aspek kekeluargaan masih belum kokoh. Kita bersama lah yang akhirnya bertanggung jawab untuk memperkokoh aspek kekeluargaan tersebut. Menjadikannya agar tetap relevan disematkan di KKMI sampai kapanpun. Semoga berhasil !

In uridu illa al ishlah ma istatho’tu.
Wallahu a’lam. []

Selanjutnya....

Geliat Perubahan Jasmine

20 Des 2009
oleh : Ellen F. Valentine

Jaringan Kreasi Mahasiswi Indonesia (JASMINE) dibentuk pada tahun 2006 dan diketuai pertama kali oleh Saudari Naily Zulfatul Jannah, Lc dengan hanya beranggotakan delapan orang. Sebagai komunitas mahasiswi Indonesia, Jasmine lebih memfokuskan kegiatannya pada hal-hal yang bersifat ilmiah daripada keorganisasian. Mengingat masih terbatasnya ruang gerak bagi perempuan pada saat itu, maka otomatis kegiatan-kegiatannya hanya sebatas pada intern sesama mahasiswi Indonesia, seperti diskusi rutin, tahfidz, serta kajian hadits.

Seiring perkembangan zaman dan bertambahnya anggota, Jasmine terus memperbaiki diri. Dari yang awalnya hanya sebagai ajang kumpul-kumpul dan sharing informasi, Jasmine mulai memperjelas identitasnya. Pada tahun 2007 Jasmine memproklamirkan diri sebagai badan otonom (BO) Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia (KKMI). Di sini, Jasmine mulai dituntut untuk mandiri dan mempunyai hak otonomi untuk mengatur rumah tangganya sendiri meski ternyata BO ini masih sepenuhnya bergantung pada organisasi induk, KKMI. Hal ini bisa dimaklumi mengingat Jasmine baru terbentuk setahun sebelumnya.

Baru kemudian pada Permusyawaratan Besar 2009 KKMI, Jasmine mempunyai identitas dan garis koordinasi yang jelas dengan Dewan Permusyawaratan Inti (DPI) KKMI yaitu sebagai departemen keputrian yang kedudukannya sama dengan departemen lain di KKMI. Bedanya, objek yang diurusi adalah mahasiswi Indonesia.

Aktifitas Jasmine
Sebagai organisasi mahasiswi Indonesia yang berada di tengah negara-negara lainnya –tentu dengan kemajemukan ras, bahasa, warna kulit, dan kultur yang berbeda-, maka Jasmine dituntut untuk proporsional, khususnya dalam menjaga hubungan eksternal dengan mahasiswi asing di kampus Kuliyah Dakwah Islamiyah. Terkadang masalah sepele bisa menjadi besar jika tidak disikapi dengan serius. Sebagai contoh, karena terlalu sering kumpul-kumpul dengan sesama komunitas Indonesia, entah itu untuk kegiatan resmi maupun hanya untuk makan bareng, Jasmine pernah dicap sebagai komunitas ekslusif yang tidak mau bergaul dengan teman-teman dari negara lain. Hal itu tentu tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Sebagai solusinya maka Jasmine mulai mengurangi kumpul-kumpul yang tidak resmi tersebut dan menggantinya dengan turut berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan Amanah Muktamar Thulabi (BEM kampus). Contohnya dengan mengadakan sholat jamaah dan tahfidz maupun tahsin al-Qur’an di salah satu tempat di asrama mahasiswi yang diikuti oleh teman-teman mahasiswi luar negeri. Dan sana, kita kemudian tahu bahwa ternyata masih banyak dari mereka yang belum bisa membaca Al-qur’an, sehingga harus diajari dari nol, dari membaca huruf hijaiyyah. Disinilah anggota Jasmine dituntut untuk berperan aktif menyumbangkan ilmunya.

Salah satu kegiatan yang menjadi bukti “kesamaan derajat” Jasmine dengan divisi-divisi lain di KKMI adalah diadakannya talkshow dengan tema “Menggagas sistem pendidikan anti materialisme dan sekulerisme” dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional. Kegiatan ini merupakan kali pertama yang diadakan Jasmine dengan mengundang audiens eksternal. Saya katakan eksternal karena selama ini Jasmine hanya memfokuskan kegiatan-kegiatannya intern anggota Jasmine saja. Talkshow ini bisa dikatakan sebagai respon atas pertanyaan-pertanyaan anggota KKMI yang “haus” mencari sosok-sosok perempuan modern, intelek, dan dinamis ekaligus sebagai wadah untuk mengaplikasikan dan menyalurkan potensi anggota Jasmine dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah secara lebih luas.

Kegiatan lain yang pernah diadakan adalah mengisi pengajian ibu-ibu di KBRI. Pada waktu itu responnya sangat positif.sehingga Jasmine diminta untuk bisa rutin dua minggu sekali mengisi pengajian. Namun karena beberapa kendala, diantaranya birokrasi kampus yang sulit, akhirnya program tersebut tidak dapat diteruskan.

Saat ini Jasmine dipegang oleh Saudari Sri Wahyuni dengan beranggotakan 17 orang; sebuah jumlah yang tidak bisa dikatakan sedikit untuk ukuran Kuliyah Dakwah. Dengan semakin bertambahnya anggota, diharapkan bisa membawa angin segar bagi Jasmine. Ide-ide baru banyak bermunculan. Semangat untuk maju pun semakin menggebu. Satu hal yang sangat membanggakan, Jasmine sekarang ini tidak lagi “malu-malu” untuk unjuk gigi. Dalam banyak event yang diadakan KKMI pun, kini Jasmine lebih aktif berperan serta. Nampaknya euphoria persamaan gender membawa dampak positif bagi divisi ini. Semoga semangat ini terus menyala demi melahirkan jiwa-jiwa muda yang penuh karya.

Selanjutnya....

Episode-episode KKMI

17 Des 2009
Sebuah hasil wawancara dengan Ust. Anwar Munashir, Lc

Seperti umumya tabiat manusia ketika mendapati bahwa dia hidup dengan orang lain, saling membutuhkan satu sama lain dalam interaksi sosialnya, maka 10 mahasiswa Indonesia yang saat itu kuliah di Kuliyah Dakwah Islamiyah meresmikan hubungan mereka dalam suatu ikatan bernama PPI Libya. Tidak ada tujuan lain melainkan untuk semakin mempererat silaturahim antara perantau di negeri Muammar Qadhafi ini dan mempermudah komunikasi beberapa pihak terkait agar eksistensi mahasiswa di luar negeri mendapat perhatian. Akhirnya, saudara Badrul Hilmi menjabat sebagai Presiden Pertama Mahasiswa Indonesia di Libya.

Penyelenggaraan organisasi pada mulanya hanya berupa aktifitas sederhana hingga salah seorang mahasiswa yang menempuh jenjang aliyahnya di Egypt berhasil membawa informasi dan mengadopsi pola PPI Mesir di sana. Akhirnya setelah melalui proses modifikasi dan penyesuaian daerah, disepakati bahwa “kekeluargaan” menjadi prioritas organisasi disamping kegiatan ilmiah internal anggota. Maka lahirlah Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia yang menjadi payung bagi komunitas plural ini. Bukan hanya nama, organisasi ini benar-benar mampu membawa perubahan dalam kehidupan sosial mereka. Slogan kekeluargaan tertanam kuat dalam setiap pribadi hingga akhirnya perbedaan latar belakang bahasa, suku, budaya, dan fiqih yang dianut pun melebur tanpa membawa masalah. Hingga hal paling kecil pun, seperti silaturahim masyarakat yang dulunya dilakukan secara individual, selalu dilakukan secara bersama-sama atas nama KKMI. luar biasa indah.

Selain kekeluargaan, bidang akademis juga mendapat porsi yang istimewa dalam organisasi ini. kegiatan-kegiatan diskusi, seminar, bedah buku, “muhadatsah” menggunakan bahasa Arab-Inggris, atau kegiatan lain yang menunjang prestasi di bangku kuliah dihidupkan secara besar-besaran. Maka jangan heran ketika menemukan mahasiswa Indonesia selalu nangkring di posisi Mumtaz Awal, bahkan nilai Jayyid Jiddan (B+) menjadi menjadi nilai paling kecil di antara mereka. Dalam bahasa mereka, “adalah aib kalau sampai kita mendapatkan nilai maqbul (C)”. Dan catatan prestasi pun ternyata tidak hanya diukir di bangku kuliah saja. Seolah-olah setiap mahasiswa Indonesia memiliki kelebihan yang mampu mengharumkan nama Indonesia di negeri ini. Seperti salah seorang mereka yang menjadi juru bicara mahasiswa Kuliyah Dakwah dalam forum-forum umum karena keahlian bahasanya, juga seorang yang menjadi “juru tulis” bagi Makatib kampus, atau seorang yang menjadi teknisi khusus komputer.
Seperti pohon yang berbuah, mereka pun mendapatkan perlakuan yang istimewa dari seluruh civitas akademik kampus. Baik di Qism Dakhil, Syu’un Tholabah, Qism Nasyath dan Maktab-maktab yang lain sehingga selalu mendapatkan prioritas dalam keikutsertaan event-event atau kunjungan ke luar kampus.

Masakan Dan Sepakbola
Bagi kita, masakan atau sepakbola adalah hal sepele yang menjadi prioritas kesekian puluh dalam hidup kita. Saat ini, ketika ada undangan bakar-bakar di ghobah saja, bisa kita saksikan bersama berapa jumlah mahasiswa yang berkenan untuk datang duluan, membantu pengurus menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan masakan. Kebanyakan kita ternyata belum bisa membaca momentum. Padahal para pendahulu kita telah mengajarkan arti kebersamaan dalam dua moment tersebut. Mereka memanfaatkan benar ajang berkumpul tersebut untuk memperkuat ikatan persaudaraan. Rasa masakan tidak menjadi penting ketika semua proses memasak dijalani secara bersama-sama. Akan ada canda dan tawa disana. Kesedihan melebur dan tersisa kebahagiaan. Atau barangkali generasi saat ini mempunyai gengsi yang lebih gede dari mereka?

Begitu pula sepak bola atau olah raga yang lainnya. Tradisi yang telah kita warisi untuk ‘menguasai’ lapangan sepakbola setiap Jum’at pagi sedikit demi sedikit akan terkikis ketika cara pandang kita terhadap olahraga adalah sarana pelampiasan hobi. Padahal momentum rutin mingguan ini akan menjadi sarana efektif untuk silaturahim dan bertatap muka antara anggota. Skill dan hobi dinomerduakan, dan kebersamaan menjadi prioritas utama. Sepuluh mahasiswa saat itu menjadi satu kesebelasan yang solid ketika mereka semua hadir di lapangan. Bahkan persiapan-persiapan kecil pun sering dilakukan, seperti berbelanja kaki atau kepala kambing pada hari Kamis untuk dimasak Jum’at pagi. Semua keperluan pendanaan ditanggung bersama. Sangat indah. Berbeda dengan itu semua, barangkali saat ini film, game-game di laptop, chatting, serta facebook lebih menarik dan penting dibanding ukhuwah kita disini?

Berjuang Dalam Keterbatasan
Masih terekam jelas dalam ingatan Bang Anwar ketika Majalah Ukhuwah untuk pertama kalinya diterbitkan dengan menggunakan tulisan tangan! Baru setelah salah seorang mendapatkan kepercayaan menggunakan komputer kuliyah, Ukhuwah diterbitkan dalam bentuk yang lebih baik. Sebuah mukjizat saat itu! Begitu pula dengan keperluan administrasi lainnya. Semuanya dikerjakan dengan tangan! Jangan heran kalau tulisan para pedahulu rapi dan bagus.

Dan sebuah drama bekerja sama dengan BEM kampus yang dulu pernah ditampilkan pun adalah hasil perasan ide kreatif para anggota. Ketika komputer belum ada, fasilitas-fasilitas modern lainnya juga belum dimiliki. Tapi semua kendala itu sirna ketika tekad untuk menampilkan yang terbaik dan keinginan untuk mengangkat nama Indonesia setinggi-tingginya dimiliki, dibungkus dengan ruh semangat perjuangan bangsa Palestina, maka lahirlah masterpiece tersebut.

Setiap anggota menyadari bahwa anggota yang lain adalah keluarga. KKMI ibarat bangunan rumah yang mengayomi siapa saja didalamnya. Maka setiap permasalahan pribadi akan menjadi permasalahan bersama, setiap kesulitan akan dipecahkan beramai-ramai. Sebagai contoh konkrit, ketika salah satu benar-benar tidak mempunyai cukup uang untuk menelpon orangtua yang berada Indonesia, maka keuangan organisasi bisa dicairkan untuk menutupi kebutuhan tersebut. KKMI dari, oleh dan untuk anggota.

2000-Sampai Sekarang
Maka dimulailah penerimaan mahasiswa Indonesia dalam jumlah besar, mencapai belasan orang dari yang dahulunya hanya 5-6 orang saja –saat itu populasi mahasiswa Indonesia menempati ranking ke 10 dibawah Negara-negara Afrika. Ini adalah bentuk kerjasama dari kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan kunjungan petinggi-petinggi ormas Indonesia ke Libya seperti Syafi’I Ma’arif, Amien Rais dan Sahal Mahfudz. Akhirnya setiap ormas mendapatkan jatah pengiriman kader. Sebagai konsekuensi logis atas pertambahan anggota, perluasan kegiatan organisasi pun dilakukan.

Pada awal mulanya para anggota begitu semangat dengan padatnya kegiatan, karena mereka berprinsip bahwa KKMI adalah ajang untuk melatih skill keorganisasian. Tapi lambat laun kejenuhan pun menghinggapi, ditambah ketidakhadiran beberapa anggota dikarenakan kesibukannya membantu KBRI pada awal pendiriannya. Maka agenda-agenda pun KKMI menjadi menjadi sepi, anggota mulai untuk memilah dan memilih kegiatan yang dirasa benar-benar sesuai dengan prioritas belajar mereka disini.

Ormas yang sebelumnya tidak ada sedikit demi sedikit menampakkan kegiatannya meskipun secara resmi belum didirikan perwakilan. Barangkali hal ini terkait dengan kebijakan pusat di Indonesia. Meskipun demikian, semua menyadari bahwa KKMI adalah wadah utama dan sarana pemersatu keberagaman mereka. Maka ketika terjadi benturan kegiatan, KKMI didahulukan.

Perkembangan teknologi dan bertambahnya fasilitas sebenarnya harus bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan organisasi dan penunjang prestasi akademik. Namun sepertinya para anggota belum siap saat itu. Terbukti keberadaan computer, internet dan yang lainnya seringkali melenakan dan membuat diri lalai akan kewajiban utama; belajar. Ditambah kegiatan organisasi yang terkadang ‘lupa waktu’. Dua hal tersebut barangkali juga menjadi penyebab merosotnya prestasi akademik kita, tentu saja selain itu factor pribadi juga sangat mempengaruhi. Dari yang dahulunya mampu mempertahankan reputasi Imtiyaz, bahkan nilai minimal adalah Jayyid Jiddan, turun sedikit demi sedikit. Bahkan ada yang gagal dalam ujiannya. Ini adalah salah satu sisi yang harus kita jadikan koreksi bersama.

Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah terkikisnya ruh loyalitas, kebersamaan dan kekeluargaan. Dahulu segala macam keluhan salah satu anggota pasti didengar oleh anggota yang lain. Gotong royong dan kerjasama dalam setiap kegiatan dijunjung kuat. Tapi sekarang? Dahulu keputusan Presiden KKMI adalah keputusan yang harus ditaati oleh semua anggota. Tapi sekarang?

Barangkali sekarang kegiatan-kegiatan penunjang prestasi akademik perlu mendapatkan penambahan porsi. Kita bisa mencontoh rekan-rekan Afrika dan Eropa yang menghidupkan belajar bareng maupun halaqoh ilmiah.

Mari bersama-sama kita mengevaluasi perjalanan mahasiswa Indonesia disini, semoga kedepan kita mampu melakukan perbaikan-perbaikan dan meningkatkan kualitas SDM dan organisasi ini. [] (Ammu faith)

Selanjutnya....

Harapan Baru Indonesia 2009-2014

22 Nov 2009
oleh: Ahmad Fihri
Teringat sebelum tahun 2004, semua kalangan sepakat bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang kuat, salah satu cara di antaranya adalah pemilihan secara langsung. Hajat besar itupun tercapai. SBY- JK menjadi pasangan Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih secara langsung. Namun setelah lima tahun SBY-JK berkuasa, apa yang kita lihat? bangsa ini masih tetap bergumul dengan berbagai persoalan, bahkan masalah bertambah. Bangsa ini belum dapat menyaksikan pemerintahan yang kuat. Kini alasannya bertambah; belum terciptanya harmonisasi antar Presiden dan Wakilnya, juga antara eksekutif dan legislatif. Artinya thesis “pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung” bukanlah obat mujarab untuk mewujudkan pemerintahan yang kuat.

Lantas bagaimanakah pemerintahan yang kuat itu? Apakah seperti di zaman Soekarno yang dengan tegas melawan Barat Kapitalis, namun cenderung menganut sosialis-komunis sehingga menyebabkan komunisme hidup subur di negeri ini? Jika saja Revolusi Komunis 1965 berhasil menguasai negeri ini, yang paling menderita pastilah umat Islam. Mereka akan hidup dalam jahanam komunisme seperti yang dialami oleh puluhan juta muslimin di wilayah-wilayah eks-jajahan Rusia, atau seperti jutaan umat Islam yang menderita di RRC saat ini.
Atau seperti pemerintahan diktator Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun dan mempertuhankan kapitalisme yang menyebabkan Indonesia bangkrut secara nilai dan ekonomi? Lagi-lagi, korban utamanya adalah umat Islam sebagai mayoritas di negeri ini. Saat Soeharto berkuasa, Islam dianggap bahaya laten melebihi komunisme. Segala Upaya untuk melumpuhkan semua potensi umat Islam dijalankan, termasuk bekerjasama dengan kekuatan Asing. Akibatnya, umat Islam menjadi ter-marginal-kan dalam segala hal.
Ataukah seperti pemerintahan Jerman yang mampu bangkit menjadi negara industri setelah babak belur dalam Perang Dunia II. Dalam waktu yang relatif singkat, bangsa itu berhasil mewujudkan kesejahteraan ekonominya, namun gagal dalam menciptakan masyarakat yang berpegang teguh pada nilai nilai insaniyah yang diperintahkan Tuhan penciptanya.
katakan dalam al-Qur’an, “ baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur.” Sebuah negeri yang baik dalam segala sisi kehidupan dan Allah pun meridhainya?
Kini konsep pemilihan umum secara langsung telah telah dilakukan dalam dua
periode berturut-turut. Dan pagelaran Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2009 telah banyak memakan jutaan hingga triliyunan rupiah. Euforia politik mereda dalam pesta sistem demokrasi yang diagung-agungkan oleh mayoritas manusia Indonesia. Harapan besar rakyat bertumpu di tangan para legislator terpilih. Kondisi Negara Indonesia beserta rakyat periode 2009-2014 menjadi tugas dan amanah mereka.
Adat pelantikan legislator dengan menghambur-hamburkan biaya rakyat ternyata masih dipertahankan. Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit seperti dikutip ruanghati.com dari JPNN menilai besarnya uang rakyat yang dipakai untuk menjalankan proses pelantikan anggota DPR dan DPD periode 2009-2014 yang dilakukan oleh tiga ke-setjen-an (Setjen KPU, DPR dan DPD) merupakan sebuah tindakan korupsi dalam perspektif sosiologis yang sangat menyakiti hati rakyat.
"Proses pelantikan itu ternyata mengandung unsur korupsi dalam perspektif sosiologis. Sebab, dengan acara yang sama, yakni orientasi dan pelantikan anggota DPR dan DPD, ternyata ada tiga sekretariat jenderal yang mengeluarkan dana. Masing-masing Setjen DPR, DPD dan KPU, dengan total keseluruhan anggaran Rp 46 miliar lebih," kata Arbi Sanit, saat berdiskusi bersama Hasrulla dari Universitas Hasanuddin, Makasar, Ibrahim Fahmi Badoh (Koordinator Divisi Politik Korupsi ICW) dan Arif Nur Alam (Direktur Indonesia Budget Centre) di press room DPR RI, Jakarta, Selasa (29/9/2009).
Fenomena ini apakah benar-benar adat yang baik sementara di hari yang bersamaan korban gempa di Padang menjerit berharap pula uluran tangan mereka. Pantaskah? Ataukah di awal-awal pelantikan tersebut mereka manfaatkan juga untuk mengawali korupsi. Mari kita analisis bersama.
Belum lagi para pembantu-pembantu presiden dan wakil presiden terpilih masa periode 2009-2014 mendapatkan bagian kue dan kekuasaan sebagai partai koalisi pendukung, Seperti PAN, PKB, PKS, PPP dan lain sebagainya.
‘Berbagi kekuasaan’ merupakan lagu lama yang selalu didendangkan oleh pemerintahan masa-masa sebelumnya. Ini sangat jelas ketika zaman rezim Orde Baru dulu berkuasa. Militer dan beberapa 'vested interest' yang berlatar-belakang agama, kelompok dan golongan (bahkan 'preasure group'), sengaja diberi sedikit jatah di kursi kabinet oleh Soeharto. Sementara kelompok yang 'menyempal' (istilah oposisi untuk zaman Orde Baru), jangankan memperoleh 'rezeki dan kekuasaan' barang sedikitpun, bahkan bernafas lega di negeri ini saja terasa sempit. Semua peluang mereka dipersempit dan dikucilkan oleh semua 'oknum' pejabat dan elit penguasa yang begitu setia pada sang Presiden.
Model semacam zaman Orde baru dalam hal bagi-bagi kekuasaan dan bagi-bagi rezeki seperti itu, memang untuk kesekian lama bisa melanggengkan kekuasaan sang Presiden. Sebabnya logis sekali, semua pihak berkepentingan sekali untuk mempertahankan kekuasaan sang Presiden.
Ada satu kata-kata yang merupakan ikrar dan janji pasangan Capres SBY-Boediono ketika mereka mengumumkan pencalonannya di Bandung tempo hari, yaitu keinginan dan tekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang bersih kalau mereka dipercaya rakyat Indonesia memimpin NKRI untuk masa 2009-2014 yang akan datang. 'Good Govermances' yang baik. Bahkan, dipilihnya Boediono, menurut SBY kala itu, adalah karena figur yang bersangkutan dikenal sebagai pribadi yang jujur, bersih dan lurus serta sebagai seorang muslim yang baik.
Akhirnya dengan harapan baru kepada wakil wakil rakyat, pemerintahan baru dan para menteri baru semoga pemerintahan baru masa periode 2009-2014 bisa mewujudkan pemerintahan kuat, bersih, jujur, amanah, dan profesional. Berjuang demi rakyat dan masa depan Indonesia yang lebih berwibawa dan bermartabat. Memberikan pendidikan politik dan teladan baik bagi rakyat. Dan menjadi pahlawan–pahlawan bangsa. Amien. (dari berbagai sumber)
Selanjutnya....

Mukjizat Al-qur'an : Tantagan Kebahasaan Bagi Orang Arab

Saya buka pembahasan ini dengan satu kisah tentang seorang ulama dan ahli bahasa di zaman khalifah Harun al-Rasyid. Dikisahkan bahwa beliau adalah ulama dan sastrawan yang sangat diakui, setiap ulama pada zaman itu menjadikannya sebagai rujukan. Dialah Ashma’i.
Seperti kebiasaannya dalam mengajar, beliau akan menyertainya dengan berbagai dalil dari al-Qur’an, hadits maupun syair Arab tentang suatu masalah yang dibahas. Dan suatu saat beliau menyampaikan dalil dari al-Qur’an:
(" والسارق والسارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبوا نكالا من الله ” والله غفور رحيم )
Setelah mendengar kalimat ini dibacakan, seorang dari hadirin berdiri bertanya: “wahai Ashma’i, perkataan siapa ini?” “Ini firman Allah,” Sahut Ashma’i. Orang itu kemudian berkata: “Maha Suci Allah, tidak mungkin Allah berfirman demikian.” Serentak orang-orang yang berada di sana terkejut sambil membantah orang tersebut dengan suara pelan. Ashma’i memberi isyarat untuk diam seraya bertanya pada orang tersebut. “wahai saudara, apakah engkau hafal al-Qur’an?” Dia menjawab tidak. “Apakah engkau hafal surah al-Maidah atau ayat disuroh al-Maidah?” Diapun menjawab: “tidak.” Ashma’i berkata ayat ini ada di surah al-Maidah namun orang tersebut tetap berkata: “Mahasuci Allah, ini bukan firman Allah.” Orang-orang semakin panas mendengar perkataan orang tersebut, bagaimana dia mengingkari firman Allah. Ashma’i berkata: “bersabarlah sejenak, biar kita tunjukkan padanya hujjah.” Ashma’i pun meminta agar dibawakan padanya al-Qur’an. Kemudian ia pun membukanya dan membacanya. Namun, ketika sampai kalimat nakalam min Allah dia mengakhirinya dengan wallahu ‘azizun hakim, bukan wallahu ghafurur rahim.

Orang-orang pun terkejut takjub. Ashmai berkata: “wahai saudara, dari mana saudara tahu padahal engkau tidak hafal al-Qur’an?” Orang itu berkata “wahai Ashma’i, engkau mengatakan “wassaariqu wassariqotu faqtha’u aidiyahuma jaza am bima kasaba nakala minallah.” kalimat ini menujukkan ke-Maha perkasa-an dan Kebijaksanaan Allah, maka akhirnya harus wallahu ‘azizun hakim. Apa hubungan ke-Maha ampunan dan ke-Maha penyangan-Nya (wallahu ghofurur rahim) dengan potong tangan sebagai balasan?” Spontan Ashma’i berkata “Demi Allah, kita tidak dapat memahami bahasa Arab sepenuhnya.”
Hal ini menujukkan betapa lemahnya kemampuan yang dimiliki manusia dihadapan bahasa al-Qur’an. Setiap kata pada tempatnya, tidak mungkin untuk dirubah atau dipindah-pindah peletakan tempatnya.
Orang Arab yang al-Qur’an turun dengan bahasa mereka dibuat tunduk tidak berkutik dihadapan kehebatan bahasa al-Qur’an. Dalam berbagai buku sastra Arab dan sejarah banyak sekali diceritakan tentang kehebatan dan ketinggian bahasa yang mereka miliki, sehingga tidak sedikit syair-syair yang diperlombakan di zaman itu mereka jadikan acuan atau rujukan dalam kehidupan sosial dan politik mereka. Syair-syair yang secara sastrawi sangat menakjubkan tersebut dan tiada tandingnya pada saat itu ditempel di dinding Ka’bah yang kemudian dikenal dengan al-mu’allaqoot sebagai penghormatan dan sanjungan terhadap penulis serta isi syairnya.
Ketinggian bahasa mereka yang dituangkan dalam syair-syair tersebut bahkan dapat mengangkat atau menjatuhkan derajat suatu kaum. Hal ini sebagaimana dijelaskan DR. Thoriq as-Suwaidan dalam satu seminar beliau di Mesir bahwa ada satu kaum di zaman jahiliyyah bernama Bani Anfun Naaqoh. Penduduk kaum ini sebenarnya merasa terhina dengan nama ini karena sering mendapat cacian dari banyak orang, hingga akhirnya seorang penyair memuji mereka dengan syairnya:
قوْمٌ هُمُ الْأنْفُ وَالَأذْنَابُ دُوْنَهُمُ وَمَنْ يُسَوِّيْ بِأَنْفِ النَّاقَةِ ذَنَبًا
Mereka kaum hidung dan selain mereka ekor (unta)
Dan ekor (unta) mana yang setara dengan hidung unta.
Setelah mendengar syair ini, merekapun bangga dengan sebutan Anfun Naqoh atau hidung unta yang kemudian derajat mereka pun menjadi naik di antara bangsa Arab saat itu.
Dari sini, kita dapat mengetahui ketinggian serta mutu bahasa yang dimiliki orang-orang Arab pada masa jahiliyah dulu. Seperti diungkapkan DR. Sholah Abdul Fattah Al-kholidy dalam kitabnya al-Bayan fi ‘ijazil Qur’an, hal. 136, bahwa tingkat bahasa yang dimiliki orang Arab jahiliyah pada tingkat yang sangat tinggi dalam bidang ilmu tata bahasa, dan mereka adalah orang-orang yang memiliki sastra yang sangat kuat, sungguh tingkat bahasa yang dimiliki kaum muslimin sekarang belum bisa menandingi kekuatan bahasa orang-orang jahiliyah terdahulu.
Hal inilah yang sebenarnya menjadi titik pembahasan pada tulisan saya ini. Bahwa orang Arab, sejalan dengan tingginya tingkat tata bahasa mereka pada saat itu, al-Qur’an pun turun dengan tata bahasa yang bisa membuat mereka angkat tangan tunduk dan mengaku lemah dihadapannya yang sekaligus mukjizat kerasulan Muhammad SAW.
Kalau mu’jizat para Nabi terdahulu adalah hal-hal yang memang di luar batas kemampuan manusia dan mereka benar-benar tidak sanggup untuk mencontohnya, maka hal ini berlainan dengan mukjizat Nabi SAW, yaitu al-Qur’an dalam bahasa Arab yang orang Arab mampu memahaminya tapi mereka tetap tidak mampu untuk membuat seperti al-Qur’an. Ada empat ayat dalam al-Qur’an yang benar-benar menunjukkan kelemahan mereka terhadap al-Qur’an; pertama firman Allah SWT, dalam surah al-Isra ayat 88 :
( قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا )
Syeikh Qurtubi dalam tafsirnya mengatakan: “Katakanlah (Muhammad) jika berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan semisal al-Qur’an ini, maka mereka tidak akan bisa mendatangkannya selama-lamanya, apapun yang terjadi.
Dalam ayat ini sebenarnya Allah telah men-stempel bahwa mereka tidak akan mampu, tapi lagi-lagi orang Quraisy yang terkenal keras kepala tersebut mengatakan kepada Muhammad bahwa al-Qur’an itu di dalamnya terdapat kisah, sejarah, hukum dan sebagainya, maka Allah menurunkan ayat yang ada di surah Hud:
( أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ)
Artinya: “bahkan mereka mengatakan, dia (Muhammad) telah membuat al-Qur’an itu. Katakanlah, datangkanlah sepuluh surat semisalnya dan ajaklah siapa saja diantara kalian yang sanggup selain Allah, jika kalian adalah orang-orang yang benar.”
Lagi-lagi mereka membangkang dan ingkar, sehingga Allah SWT menurunkan ayat ke-38 di surah Yunus dan ayat ke-23 di surah al-Baqarah, yang benar-benar menjatuhkan kemampuan mereka dibanding kehebatan al-Qur’an al-Karim. (selengkapnya lihat Tafsir al-Kasyaf karya Syeikh Zamakhsyari).
Bahasa atau sastra al-Qur’an adalah satu mukjizat. Bahkan setiap susunan dan tulisannya juga mukjizat. Mukjizat bagi setiap orang yang ingin mengungkap berbagai tabir yang Allah sembunyikan dalam setiap ayat-ayatnya.
DR. Sholah Abdul Fattah al-Kholidy dalam muqoddimah kitabnya al-Bayan tersebut mengatakan “bahwa kemukjizatan al-Qur’an adalah kebenaran yang mutlak, bukan saja kaum muslimin yang meyakini hal ini, akan tetapi orang-orang kafir juga mengakuinya. Kaum muslimin meyakini hal ini ketika mereka memikirkan dan memperhatikan setiap ayat-ayatnya dengan keimanan kepada Allah SWT, sedangkan orang-orang kafir dengan pengakuan ketidaksanggupan mereka untuk mencontohnya, dan pengakuan mereka atas ketinggian sastra yang terkandung di dalamnya.”
Di akhir tulisan ini, saya ingin menceritakan bagaimana kehebatan al-Qur’an merasuki hati mereka dan kisah ini merupakan salah satu mukjizat al-Qur’an dari segi pengaruhnya kepada manusia. Pada suatu kesempatan, keluar tiga orang dari pemuka Quraisy, yaitu Abu Sufyan, Abu Jahal dan Akhnas bin Syuraiq. Mereka keluar tanpa sepengetahuan siapapun bahkan merekapun tidak tahu bahwa mereka keluar secara bersamaan dan dengan tujuan yang sama yaitu menuju tempat dekat Nabi SAW untuk mendengarkan Nabi yang sedang membaca al-Qur’an pada akhir malam sebagaimana kebiasaan Beliau SAW.
Setelah mendengar bacaan Nabi SAW, mereka serentak balik dan tanpa mereka sadari mereka bertemu seraya masing-masing bertanya apa yang kamu lakukan di tempat Muhammad? dan kamu…? dan kamu…? Setelah mereka mengetahui bahwa tujuan mereka adalah mendengar bacaan Nabi SAW, merekapun bersumpah agar tidak datang lagi ke tempat Nabi tersebut. Tapi keesokan harinya ternyata mereka mengingkari sumpah dan balik lagi ke tempat semula sampai tiga hari berturut-turut. Akhirnya mereka mengikat sumpah untuk tidak akan kembali ke tempat tersebut dan takut jika hal ini diketahui oleh banyal orang, mereka akan masuk Islam karena pemuka Quraisy juga ternyata mendengarkan al-Qur’an.
Ternyata tidak hanya ayat-ayatnya yang mukjizat tetapi mendengarkannya juga satu mukjizat, yaitu mukjizat bagi siapa saja yang mendengarkan al-Qur’an dibacakan. Walhamdulillah. ()
Selanjutnya....

nama-nama calon mahasiswa baru yang telah mendapatkan visa

28 Okt 2009
kabar terbaru tentang nama calon mahasiswa baru di Kulliyah dakwah Islamiyah, Tripoli-Libya, yang telah tertempel di papan pengumuman kantor 'alaqot, ada 19 nama yang telah mendapatkan visa :

1. Dinpresta Sisudirman
2. Muhammad Dick Hidayat Ratu Loli
3. Nurlaili Rohmawati
4. Fauzi Ridwanul Haq
5. Rico Hamdani
6. Muhammad Syahirul Alim
7. Faris Smith
8. Muammar Kadafi
9. Zaki Imamuddin
10. Tubagus Kesapurwasandi
11. Farid Rohman Hakim
12. Fauzan

13. Hafsah Nurlaila
14. Adi Husna Aminudin
15. Muhammad Yusuf Hadad
16. Ahmad Dzahabi bin Ahmad
17. Suhendi ibnu Sholihin
18. Ahmad Sholeh Amin
19. Widad Abdullah

Untuk keterangan selengkapnya bisa menghubungi panitia penerimaan mahasiswa baru.

Contact person :
Suharli +218922321423
Fakhri +218922497121
Selanjutnya....

Pelepasan Wisudawan dan Wisudawati KDI, Tripoli

20 Okt 2009


Dari Kiri: Dani M. Ramdhani, Aas Nurzaman, Adi Hidayat, Imam Sofwan Yahya, Hamdani, Rojja Febrian, Rijal Mahdi, Rahmat Hidayat, Yusuf Burhan.


Pelepasan Tahun II yang akan berlibur ke Indonesia.
Selanjutnya....

APA SEH YANG KITA BUTUHKAN TUK MENETAP DI LIBYA…?




Assalamu alaikum wr.wb, Libya adalah sebuah Negara yang berjuluk negri Hijau, yah, cukup mengherankan juga, karena Negara yang berpenduduk 5 jutaan ini (wah dikit banget ya, lebih banyak penduduk ibukota kita Jakarta) lebih didominasi oleh padang pasir, kok malah disebut negri hijau …. Teman-teman mau tau jawabannya? Sabar ya, ntar nyampe di Tripoli baru kita bagi tau.

Baik teman-teman, kalian sebagai calon penghuni baru Libya (maaf kalo agak serem) pasti bertanya-tanya apa aja seh yang disiapkan tuk survive di Libya. Nah sebelum berangkat dari rumah masing-masing niatkan dulu semua perjalanan antum menuntut ilmu ini karena Allah, periksa kelengkapan berkas yang diperlukan, semisal: ijazah asli, surat kesehatan, semuanya dengan terjemahannya jangan lupa biasa akan dikasih oleh pak Zaenal ketika di bandara. So antum harus siapin banyak foto yang warna ukuran 4x6 sebanyak 12 lembar, 3x4 sebanyak 10 lembar, 2x3 juga bawa secukupnya ukuran 3R buat antum aja, nah foto sebanyak itu untuk ngurus administrasi baik ke kuliah, KKMI (Kerukunan Keluarga Mahasiswa Indonesia), Ormas yang mengutus kalo ada and untuk data di KBRI Tripoli.
Selanjutnya barang-barang bawaan, ingat jatah koper tuk naik ke bagasi pesawat itu terbatas, akan ada pemberitahuan lagi di PP Muhammadiyah dengan judul Road To Libya tapi buat sekedar pemberitahuan g lebih dari 23 KG tu untuk masuk bagasi, nah untuk kabin yang antum tenteng naik ke pesawat sekuat antum aja and ingat tidak boleh membawa zat cair ke dalam kabin pesawat dan yang bersifat gel seperti odol, syampoo, kecap ,air mineral DLL. Pengalaman tahun lalu banyak yang disita aparat bandara termasuk sambel pecel apalagi lebih dari 120 gr. Nah kalo mau bawa yang gituan masukin ke koper yang akan dimasukkan ke bagasi, jangan kampung ya, sekalipun dari kampung bedakan kabin dengan bagasi. Kalo belum pernah naik pesawat seperti sebagian teman kami dulu dan itu kemungkinan besar ada, jangan terlalu canggung santai aja. Anggap seakan pernah Silahkan antum nikmati sajian dari pramugari dan kru pesawat. Yang punya foto, yah dimanfaatkan sebaik mungkin cos itu akan jadi kenangan antum. Khusus ketua rombongan kalo bisa yang bhs Ingrisnya lumayan dan perhatikan baik-baik arahan dari pak Junaedi sebelum brangkat karena perjalan kemungkinan akan ada transit di beberapa bandara internasional.
Pakaian dulu ya, sekarang di Libya memasuki musim dingin maka antum siapkan mulai dari atas, kupluk, baju tebal(sweater) bukan yang buat gaya tapi yang penting bisa ngangetin badan beli di Indonesia lebih murah, jaket, kaos tangan yang ketat, kaos kaki, lips pelembab bibir boleh juga dibawa walau kadang tidak terpakai, nivea boleh yang putih itu soft atau yang biru tergantung selera antum tapi kita usulkan yang putih, syal yang kainnya khusus buat musim dingin bukan asal syal ya, oia bawa kopiah hitam buat acara di KBRI, sepatu buat masuk kelas terserah kets juga tidak apa-apa ,nah yang hobi maen bola sepatu bola bisa dibawa, tapi karena lapangan kita disini pasir lebih enak pake sepatu Futsal bisa buat jogging juga bahkan masuk kelas, jadi multi fungsi.Untuk masing-masing pakaian tadi jangan bawa cuman satu tapi seperlunya antum, training juga bawa buat olah raga karena orang Indonesia disini terkenal sering olahraga. Tidak usah bawa selimut ntar disini dibagiin tiap orang dapat 2, tenang semuanya baru. Sandal bawa yang biasa juga mau yang karet atau yang lain tidak apa-apa, nah yang bagus antum simpan saja buat jalan-jalan keseharian pake yang biasa itu.Untuk peralatan mandi bawa secukupnya disini harga 2 kali lipat dari Indonesia bukan berarti antum penuhin koper dengan alat mandi buat setahun ya.
Masuk kelas pakaian terserah yang penting rapi dan bersepatu. Buku pelajaran akan dibagi disini, yang antum siapkan kamus arab-ind, ini sangat membantu antum kalo ada kosakata dari ustadz atau buku yang tidak antum pahami bagusnya kamus Al-Ashri atau Al-Munawwir. Kamus bahasa ingris juga perlu ada. Kamus bahsa ilmiah kalo bisa ada cos kita disini sebagai mahasiswa dituntut tuk bisa menulis baik tulisan ilmiah dll, nah kamus ilmiah itu membantu. Pelajar di KDI (kuliah Dakwah Islamiyah) berasal dari berbagai Negara sekitar 70 kalo ada yang mau belajar bahasa asing silahkan bawa juga kamus seperti bahasa prancis, Portugal,urdu,dll, terserah keinginan antum mumpung ada sarana belajar bahasa asing dengan native speaker langsung.
Kalo masalah makanan nanti akan merasakan sendiri tapi ada saran, mungkin makanan di Libya Belum terbiasa dengan lidah antum jadi yang mau bawa kecap, sambal ABC atau bumbu makanan silahkan
Yah, mungkin cukup sekian dulu apa yang dapat kami sajikan lain kali disambung lagi.Atas nama panitia penyambutan CAMABA serta seluruh mahasiswa KKMI mengucapkan selamat bagi teman-teman yang berkesempatan melanjutkan study di KDI, dan selamat bergabung dengan kami…. Wassalam



Kontak Person:
Suharli (+218922321423) e-mail: army_mks05@yahoo.com
Fakhri (+218922497121) e-mail: dejavu_aja@yahoo.co.id Selanjutnya....

PANITIA FORTASI 2009-2010


Penanggung jawab : Majelis permusyawaratan anggota KKMI
Ketua Dewan Pengurus Inti KKMI
Bag Pendidikan dan Kaderisasi KKMI

Ketua : Eling Fanny Ardhiyanto

Sekretaris : Agus Supriadi /A. Ridho Rahman

Bendahara : Syamsul Haq



Seksi-seksi
Acara : Suharli
Noval
Hardiyatullah

Pendidikan : Mukhlis Lubis
Fuad Hasanuddin

Humas : Hendi Nugraha
Syahruwardi
Rifqi

Kesejahteraan : Ali Amril
Ari Wildan
Dede Riki

Publikasi dan Dokumentasi
: Ahmad Fakhri Selanjutnya....

NAMA-NAMA CALON MAHASISWA YANG DITERIMA DI KULIAH DAKWAH ISLAMIYAH TRIPOLI LIBYA TAHUN AJARAN 2009-2010

30 Sep 2009
1. Muammar Qoddafi
2. Taryu Safriyanto
3. Zaki Imamuddin
4. Faris samith
5. Muhammad Syahirul alam
6. Riko Hamdani
7. Rahman Aryun
8. Dien Farastas
9. Fawzi Ridwan
10. Muhammad Dick Hidayat Ratu Loli
11. Nuril laily Rahmawati Selanjutnya....

Profil KKMI

21 Sep 2009
1. PEMBUKAAN

Indonesia yang terkenal dengan kemajemukannya memiliki cerita tersendiri tentang mahasiswanya. Mahasiswa yang sejak awal kemerdekaan RI memberikan kontribusi positif bagi perkembangan nasional, perlahan menjelma menjadi komunitas sosial paling kritis dan peka terhadap perubahan. Hal ini tentu saja adalah berkah demokrasi Indonesia yang senantiasa menuju kea rah yang lebih baik. Di tengah iklim kondusif Indonesia, mahasiswa juga tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai sebuah komunitas yang mempunyai tugas prioritas sebagai pencari ilmu agar mendukung perkembangan ilmu pengetahuan tanah air. Tanggung jawab akademis dan sosial adalah konsekuensi logis dari perannya sebagai mahasiswa.

Mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri memiliki identitas, peran, dan tanggung jawab yang hampir sama. Bahkan, dengan iklim luar negri yang membuat mahasiswa lebih luas dalam bersentuhan dengan dinamika dan beragam kebudayaan dunia yang plural akan membentuk karakter khas dan memiliki tanggungjawab yang lebih besar. Walaupun jumlahnya minoritas, tumpuan dan harapan masyarakat Indonesia terhadap mahasiswa sangatlah besar.

Adalah mahasiswa Indonesia di Libya, sebagai bagian dari komunitas mahasiswa Indonesia yang berada di luar negeri dan termasuk aset bangsa yang memiliki dinamika dan peran tersendiri. Mahasiswa Indonesia di Libya, sebagai sebuah contoh komunitas aktifis bangsa dan juga pencari ilmu senantiasa berusaha untuk mewujudkan idealita kemahasiswaan. Keberadaannya walaupun dalam jumlah terbatas, tetap memiliki dinamika dan ciri khas sendiri. Lembaga akademis (organisasi) kemahasiswaan Indonesia yang mereka bentuk merupakan bukti nyata yang konkrit atas upaya kerja mereka. Dengan demikian seluruh aspirasi, inspirasi, dan kreativitas mahasiswa dapat tersalurkan dengan manajemen yang tersedia di dalam organisasi tersebut.

Di sisi lain, organisasi mahasiswa Indonesia Libya juga merupakan suatu wadah keilmuan, pusat pembinaan dan pengembangan yang efektif bagi mahasiswa demi menciptakan insan muslim akademis, beramal, berkepribadian, dan bertanggung jawab. Selain itu, diharapkan bisa berfungsi sebagai pemersatu kehidupan bermasyarakat dalam rangka menggalang Ukhuwah Islamiyah di kalangan mahasiswa Indonesia khususnya, dan mahasiswa luar asing serta masyarakat Indonesia di Libya pada umumnya.


2. LATAR BELAKANG

Libya adalah sebuah negeri sosialis. Ketika tahun 1987 diberlakukan embargo terhadap Libya sebagai akibat dari konflik politis, mulailah Libya dikucilkan dalam pergaulan dunia internasional, bahkan dikenal sebagai negeri teroris. Sebagai efek langsung maka kristalisasi karakter sosialistik Libya semakin mapan, dimana alasan-alasan keamanan dan politis selalu menjadi dasar utama dalam mengambil sikap. Semua perangkat yang berkenaan dengan kepentingan umum secara langsung berada di bawah kontrol dan kekuasaan pemerintah dengan alasan sama. Demikian pula kontrol diadakan sampai ke tingkat sosial terendah seperti penduduk biasa dan mahasiswa.

Tindakan proteksi nyata dilakukan dimana–mana, umpamanya kebebasan berpolitik, memperoleh informasi dan menyatakan pendapat tidak diberi saluran secara wajar. Kondisi politik seperti ini menghasilkan suatu masyarakat yang juga tertutup, saling curiga dan sensitif. Dalam suasana seperti inilah mahasiswa Indonesia hidup dan bersosialisasi di Libya.

Libya yang protektif terhadap negara asing, membuat informasi mengenai pendidikannya pun sangat terbatas. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 1997, meskipun sesungguhnya kedutaan Libya telah dibuka di Jakarta pada tahun 1992. Pada tahun itu pengiriman mahasiswa mulai koordinatif dengan organisasi sosial keagamaan di Indonesia, seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al-Wasliyah, dan lain-lain.

Setelah dicabutnya embargo pada tahun 2003 dengan kesediannya untuk menyelesaikan kasus-kasus teroris yang pernah dilakukannya, Libya mulai membangun hubungan kembali dengan dunia internasional. Hal ini memberikan dampak positif terhadap segala aspek, politik, ekonomi, sosial dan pendidikan.

Dengan peran aktifnya Libya di bidang kemanusian serta kerjasamanaya di kancah internasional, menjadi bukti nyata akan keinginannya untuk semakin maju dan terbuka. Gelar negeri teroris pun mulai pudar dengan terhapusnya Libya dari daftar negara-negara penyokong teroris. Semua ini membuat mata dunia semakin terbelalak dan mulai tertarik untuk menjalin kerjasama dalam berbagai bidang. Maka terciptalah Hubungan dalam bidang pembangunan, ekonomi, sosial, politik, pendidikan, yang terlihat dengan berdatangannya tamu-tamu negara ke Negeri Hijau ini, baik itu tokoh politik maupun agama.

Perguruan Tinggi di Libya yang menjadi tujuan belajar mahasiswa Indonesia sampai saat ini adalah Kuliah Da'wah Islamiah yang terletak di Ibukota Libya Tripoli. Kuliah Da'wah adalah sebuah lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Jam’iyah Da'wah Islamiyah yang didirikan pada tahun 1974. Jam’iyah Da'wah sendiri didirikan pada tahun 1972. Kuliah Da'wah adalah sebuah institut Da'wah yang memfokuskan mahasiswanya pada pendidikan Da'wah untuk mencetak alumni-alumninya sebagai da'i (muballigh) yang kapabel dan berdedikasi tinggi, dan juga merupakan satu-satunya PT di Libya yang mengkhususkan diri mendidik mahasiswa asing yang datang dari sekitar 98 negara di dunia. Pada awal tahun pembukaannya, mahasiswa Indonesia sudah mulai ada yang belajar di tempat tersebut, walaupun jumlahnya sedikit. Hal ini disebabkan kebijakan pemerintah

Jumlah mahasiswa yang belajar di Kuliah Da'wah berkisar 900-an mahasiswa. Mayoritas pelajar datang dari Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara beberapa dari Eropa dan Amerika Latin. Karena lembaga ini berorientasi pada pembinaan Da'wah maka mahasiswa tidak terlalu diarahkan untuk menguasai disiplin ilmu bidang tertentu sebagai spesialisasi. Karena itu pula jumlah mata kuliah yang diajarkan dalam setiap tahunnya cukup banyak, yaitu berkisar antara 15-16 mata kuliah. Akan tetapi setiap individu dari para mahasiswa berusaha dengan semaksimal mungkin agar memperoleh yang akan ia bawa sebagai bekal ketika pulang ke tanah air ketika lulus dari Kulliyah ini. Ilmu dibangku kuliah saja bukanlah sebagai jaminan akan keberhsilan seseorang di masa depan. Banyak kita dapatkan para tokoh-tokoh terkemuka di Nusantara yang mana tingkat pendidikannya sangat tinggi serta memperoleh nilai yang luar biasa bagusnya, akan tetpai bila tidak diimbangi dengan perilaku atau akhlak, maka itu semua tidak akan ada artinya.

Kuliah Da'wah memberikan fasilitas yang cukup memadai bagi para mahasiswa semenjak diterimanya mereka melalui ujian di negara masing-masing. Calon mahasiswa mendapat biaya akomodasi seperti tiket dan fiskal. Bangunan kuliah Da'wah berada satu kawasan dengan kantor Jam’iyah Da'wah itu sendiri. Semua aktifitas mahasiswa dilaksanakan dalam lingkungan Kuliah yang fasilitas pendidikannya dibangun secara integrated. Jadi lingkungan Kuliah mencakup kampus, perpustakaan, masjid, asrama, rumah makan, Bank, kantin, sarana olahraga, aula pertemuan dan klinik sederhana. Para mahasiswa mendapat pelayanan gratis mulai tempat tinggal, makan, buku, kursus dan uang saku.


3. IDENTITAS DAN SEJARAH SINGKAT KKMI

Organisasi ini dinamakan KKMI (Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia) Karena eksistensi KKMI sebagai lembaga kekeluargaan mahasiswa Indonesia Libya yang mencerminkan keuniversalan Islam dan Bineka Tunggal Ika. Hal ini diindikasikan dengan keberagaman anggota KKMI itu sendiri, baik secara tanah kelahiran, suku, budaya, basic pendidikan sampai ORMAS Islam Indonesia yang merekomendasikan anggota KKMI untuk melanjutkan pendidikan di Libya Mahasiswa Indonesia cukup beragam.

Jumlah mahasiswa yang ada saat ini adalah 124 orang. Keseluruhan mahasiswa berasal dari berbagai latar belakang organisasi yaitu : MUI, Muhammadiyah, PERSIS, Al-Irsyad, NU dan Jam’iyah Washiliah. Dari segi latar belakang pendidikan umumnya mereka adalah lulusan pesantren. Demikian juga keragaman daerah asal yaitu : Sumatera (Medan, Padang, Riau dan Bengkulu), Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Lombok, serta Irian Jaya Seluruh mahasiswa Indonesia di Kuliah Da'wah terkumpul dalam wadah organisasi yang menjadi lokomotif utama dinamika mahasiswa Indonesia.

Organisasi mahasiswa Indonesia di Libya ini pada mulanya bernama Persatuan Pelajar Indonesia di Libya (PPI-Libya). Dan pada tanggal 2 Rabi’ul Awal 1418 H bertepatan dengan hari Senin 7 Juli 1997 M berubah nama menjadi KKMI. Tujuan didirikannya organisasi ini selain untuk mewadahi seluruh dinamika mahasiswa, juga menjadi pelindung bagi mahasiswa Indonesia. Disamping organisasi ini juga menjadi jalur penghubung antara mahasiswa Indonesia dengan dunia luar, dimana kontak-kontak dengan berbagai lembaga dan organisasi kemahasiswaan diadakan melalui organisasi ini.


4. TUJUAN

Adapun tujuannya Sebagai berikut:
قال جلّ ثنا ؤه : وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali (agama) Allah, dan jangnalah kamu bercerai berai.” (QS :3, Al-Imran : 103)
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS:Al-Maidah : 2)

Sebagai representasi kalam Ilahi di atas, maka KKMI berupaya memfasilitasi mahasiswa Indonesia Libya untuk menjalin Ukhuwah Islamiyah. Dengan demikian KKMI akan semakin mudah mengarahkan anggotanya menjadi insan akademis yang beriman, beramal, bertanggung jawab dan bertakwa kepada Allah SWT yang pada akhirnya KKMI dapat mencetuskan kader-kader islami penerus perjuangan dan perkembangan ummat, bangsa dan negara sehingga terpelihara harkat serta martabat agama dan bangsa.

Kepedulian KKMI terhadap dunia keilmuan dan kreativitas tidak hanya terfokus pada pengembangan kualitas dan potensi anggota bahkan mencoba melebarkan sayapnya dan mensosialisasikan eksistensinya kepada seluruh masyarakat Indonesia yang tinggal di Libya. Adanya kegiatan keagamaan di kalangan masyarakat Indonesia Libya merupakan bukti kepedulian KKMI dalam mencerdaskan kehidupan umat.


5. KEPENGURUSAN DAN KINERJA KKMI

Organisasi ini secara hierarki struktural terdiri dari:
1. MPA (Majelis Permusyawaratan Anggota)
2. DK (Dewan Konsultatif)
3. DPI (Dewan Pengurus Inti)
4. BO(BadanOtonom)

Secara sederhana, MPA adalah perwakilan mahasiswa yang dikomandoi oleh Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan 4 Anggota. Dewan Konsultatif sesuai namanya adalah dewan yang difungsikan sebagai tempat konsultasi DPI dalam mengambil kebijakan organisasi. DPI ibarat badan eksekutif yang berperan secara aktif dalam mengambil segala keputusan dan kebijakan organisasi ini.

KKMI mengalami pergantian pengurus setiap satu tahun sekali sesuai dengan aturan yang termaktub dalam AD/ART KKMI. Jumlah anggota yang terus bertambah serta semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi, maka KKMI pun sering melakukan bongkar-pasang departemen. Untuk tahun ini tercatat ada 9 departemen yang ada di bawah Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Departemen-deartemen tersebut adalah : Pendidikan dan Kepustakaan, Da’wah, Humas, Olahraga dan Seni, Kaderisasi, Media dan Informasi, Kesejahteraan, Dana dan Usaha, dan Keputrian.

Kinerja Dewan Pengurus Inti KKMI dikawal secara langsung oleh MPA yang notabene adalah perwakilan mahasiswa dalam menyuarakan suaranya. DPI melaporkan semua aktifitas organisasinya setiap 3 bulan sekali agar senantiasa terkontrol sekaligus sebagai sarana evaluasi kerja guna menuju hasil yang lebih baik.


6. KKMI : DINAMIKA DAN PERSOALANNYA

Mahasiswa Indonesia cukup beragam. Jumlah Anggota KKMI yang ada saat ini (per Agustus 2008) adalah 107 orang. Keseluruhan adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang organisasi yaitu : MUI, Muhammadiyah, PERSIS, Al-Irsyad, NU dan Jam’iyah Washiliah. Dari segi latar belakang pendidikan umumnya mereka adalah lulusan pesantren. Demikian juga keragaman tanah kelahiran yaitu : Sumatera (Medan, Padang, Riau dan Bengkulu), Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi dan Lombok.

Dari kondisi seperti ini dapat digambarkan bagaimana kadar pluralitas komponen KKMI, Keragaman seperti ini menjadi masalah sekaligus tantangan bersama bagi KKMI dalam hidup berjamaah untuk bisa menyatukan perbedaan yang ada. Secara lebih jelas kondisi onggota KKMI khususnya dan mahasiswa lain umumnya dapat digambarkan pada poin-poin berikut :

1. Keterbatasan dana menyebabkan beberapa rancangan pengembangan aktifitas tidak berjalan semestinya. Adalah menjadi suatu hal yang ironis ketika mahasiswa Indonesia disini tidak mampu merespon persoalan-persoalan aktual baik berupa kejadian-kejadian maupun perkembangan pemikiran yang aktual di Indonesia semata-mata karena keterbatasan finansial dimana informasi keindonesiaan umumnya bisa diakses melalui fasilitas internet.

2. Meskipun perpustakaan di Kuliah Da'wah terhitung sebagai perpustakaan terbesar di Libya, tetapi minat baca mahasiswa umunya tidak begitu besar disebabkan, pertama, tersitanya waktu untuk memfokuskan pusat perhatian kepada pelajaran di Kuliah yang jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu rata-rata nilai yang dihasilkan mahasiswa adalah jayyid, Jayyid Jiddan dan Mumtaz. Kedua, wacana pemikiran di Libya atau Kuliah Da'wah sendiri yang kurang interes (cenderung statis) dan kurang menstimulasi mahasiswa untuk menelaah buku-buku di perpustakaan.

3. KKMI pada setiap tahunnya dipercayai untuk menjadi tenaga musiman haji. Akan tetapi karena keterbatasan kesempatan yang diberikan (6 orang), maka pengalaman mengunjungi Rumah Allah di Tanah Suci tidak bisa dirasakan oleh setiap anggota walaupun sampai akhir masa pendidikannya. Apalagi jumlah mahasiswa Indonesia semakin tahun terus bertambah.


4. Para mahasiswa menikmati kebebasan berdiskusi dengan para Dosen tetapi dalam batas-batas yang tidak menyentuh politik pemerintah. Mahasiswa juga diberikan kebebasan untuk mengadakan berbagai seminar ilmiyah yang di presentasikan baik oleh Dosen, mahasiswa Strata 1 (satu) tingkat Akhir ataupun mahasiswa Pasca Sarjana.

5. Kemajemukan mahasiswa Kuliah D'awah Islamiyah dengan perbedaan kultur dan adat negara menuntut mahasiswa untuk mampu beradaptasi satu sama lain. Dalam kondisi seperti ini saling memahami dan mengerti merupakan prinsip interaksi mahasiswa yang harus di junjung tinggi.

6. Dengan kemajemukan mahasiswa yang ada tentunya organisai mahasiswa setiap negarapun bersifat majemuk. KKMI yang berdiri ditengah organisai mahasiswa lainnya selalu berusaha semaksimal mungkin menampilkan wajah Indonesia dengan sebaik-baiknya. Baik dengan megundang pembicara dari negara lain pada kegiatan diskusi interen KKMI ataupun berpartisipasi sebagai pengisi kegiatan-kegiatan yang di laksanakan pihak kuliahatau lembaga negara.

7. Keberadaan KBRI Libya yang menjadi pelindung KKMI. sangat memudahkan akses KKMI dengan masyarakatIindonesia Libya, bahkan kontritribusi yang diberikan kepada KKMI dapat membantu kelancaran kegiatan organisasi.

8. Kejenuhan yang yang terkadang timbul merupakan akumulasi dari berbagai persoalan diatas yaitu, terbatasnya ruang gerak, penyaluran kreativitas yang kurang maksimal dan juga tuntutan untuk bisa mengikuti pelajaran di kelas dengan jumlah yang cukup banyak.

Demikianlah diantara kondisi umum KKMI khususnya dan mahasiswa Kuliah Da'wah Islamiyah umumnya Tripoli Libya. Hal ini selain menjadi persoalan bagi KKMI, sekaligus menjadi tantangan atas tuntutan yang di emban komponennya untuk menjadi mahasiswa sukses dan berhasil yang juga merupakan sesuatu hal penting yang tidak mereka abaikan. Predikat yang mereka sandang sebagai mahasiswa Timur Tengah juga menjadi tanggung jawab yang harus mereka emban. Maka tantangan seperti itu membuahkan kerja keras mahasiswa dalam Proses pendidikan di Libya sehingga menampakkan catatan hasil dan prestasi. Diantara hal yang bisa dicatat sebagai hasil aktifitas dan dinamika KKMI di Libya adalah :

1. KKMI Kuliah Da'wah dikenal sebagai organisasi yang paling teratur, rapih dan banyak memiliki aktifitas dan dinamika. Hal ini dibuktikan dengan frekuensi kegiatan internal maupun eksternal yang cukup tinggi. Kerjasama berbagai bidang baik antar mahasiswa ataupun dengan kuliah dalam beberapa event besar nasional Libya di Kuliah Da'wah mampu dilaksanakan oleh KKMI dengan baik.

2. Diskusi-diskusi ilmiah yang berfrekuensi sebulan 2 (dua) kali dengan berbagai materi dan pembicara baik yang berbahasa Indonesia maupun Arab dengan pembicara dari mahasiswa Indonesia ataupun undangan dari mahasiswa asing di tingkat pasca sarjana rutin kami lakanakan.

3. Penerbitan buletin setiap 1 bulan dan majalah minimal 1 edisi/tahun sebagai sarana penyaluran kreativitas, minat dan bakat mahasiswa Indonesia dalam bentuk karya tulis seperti : artikel, cerpen, puisi, argumentasi, dll.

4. Prestasi belajar yang cukup tinggi tercermin pada Taqdiir (predikat) yang diraih mahasiswa Indonesia. Umumnya mereka berpredikat jayyid, jayyid jiddan dan mumtaz.

5. Kontak relasi dan kerjasama baik ilmiah maupun keorganisasian dengan berbagai PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) di negara lalin seperti : Mesir, Iraq, Suriah, Pakistan, Yordania, Yaman, Tunisia dan lain-lain.

6. Pembinaan anak-anak dan remaja juga menjadi fokus kegiatan KKMI. Pola fikir Islami, kemampuan membaca Al-quran, penanaman akidah Islamiyah, pendidikan akhlakul karimah menjadi materi-materi khusus yang di sajikan KKMI.

7. Perhatian KKMI terhadap olahraga dan seni juga cukup besar. Untuk tahun ini KKMI dipercaya untuk menyelenggarakan Asian Games 2008.

8. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, KKMI juga berpartisipasi aktif dalam hampir seluruh kegiatan bernafaskan cinta tanah air.


7. PENUTUP
Demikianlah tulisan ini kami persembahkan sebagai gambaran secara umum mengenai organisasi KKMI (Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia) yang berada di Tripoli Libya sebagai bahan rujukan dari berbagai pihak, serta dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya.

Selanjutnya....

Olimpiade KKMI 09... "Sport for Friendship".

27 Mar 2009
Jum'at, 20 Maret 09, merupakan hari olahraga bagi masyarakat KKMI Libya. Seperti biasa lapangan utama kampus KDI, kembali diramaikan. Kali ini, departemen olahraga dan seni mengadakan Olimpiade KKMI dengan membagi jumlah mahasiswa indonesia dalam beberapa regu.....


Dengan jumlah mahasiswa sejumlah 110 kami membagi menjadi 7 klub dengan nama-nama armada pesawat terbang, seperti garuda airlines FC, Bouroq FC, Adam Air FC, Lion Air FC, Merpati Air FC, Batavia Air FC, Sriwijaya Air FC dengan kapasitas 14 or 15 orang. Adapun cabang yang dilombakan yaitu sepak bola,basket, voli, tenis meja(tunggal&ganda), atletik(sprint,estafet,marathon), plus perlombaan tradisional (mendorong bola ke gawang,tiup cabe ke dalam botol,memasukkan pensil ke dalam botol, membawa kelereng dengan sendok, makan pisang)plus lomba kesenian berupa membuat bingkai foto dari bahan dasar kardus untuk mengasah kreatifitas seni.Adapun untuk mahasiswi yang berjumlah 18 orang dibagi menjadi 4 klub dengan kapasitas 5 or 4 orang, dan cabang yg dilombakan adalah atletik (sprint dan estafet),loncat skiping, memasukkan bola basket ke dalam ring,perlombaan tradisional (bawa gundu dengan sendok, makan pisang) plus perlombaan dalam bidang kesenian(membuat tas dari kardus,menghias lampu belajar,membuat hiasan dinding kamar). Tahun ini merupakan olimpiade KKMI yang memecahkan rekor paling panjang waktunya, dimulai dari tanggal 20 maret 2009 sampai dengan 2 mei 2009...Tahun lalu kami juga telah membuat rekor dengan mengadakan pertandingan dalam berbagai cabang olahraga dan seni. Tujuan diadakannya olimpiade adalah untuk merefresh kawan-kawan setelah menghadapi ujian tengah semester, dan juga sekaligus mempererat ukhuwah dalam canda dan tawa riang. Dengan slogan ENJOY WITH US... Departemen Olahraga berusaha mengajak rekan-rekan mahasiswa untuk ber-enjoy ria dalam nuansa olahraga dan seni. Salam olahraga...^_^.

Selanjutnya....

(Libya) Maulid Nabi...Dan Konferensi Tokoh islam Sedunia

16 Mar 2009


Selasa, 10 maret 2009, bertepatan dengan 13 rabiul awal 1430 H, WICS mengadakan sebuah pertemuan akbar para tokoh dan ulama sedunia dalam rangka memperingati Maulid nabi Muhammad saw. Acara Maulid yang diadakan di Nouakchott, ibu kota Mauritania ini merupakan acara yang diselenggarakan untuk yang keempat kalinya.

Acara ini dihadiri ribuan tokoh muslim dari 86 negara di dunia. Diantaranya Pakistan, Bangladesh, Afghanistan, Srilangka, India, Singapore, Fhilipina, Thailand, Kamboja, Indonesia, Uzbekistan, Ukraina, Tajikistan, Rusia. Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman, Switzerland, Italia, Albania, Kosovo, Malta, Swedia, Belanda, dan juga beberapa tokoh islam dari Amerika Serikat.
Tokoh terbanyak datang dari benua Afrika, seperti Burkinapaso, Mali, Niger, Ghana, Gambia, Guinea, Gabon, Kongo, Burundi, Rwanda, Kenya, Mozambique, Madagascar, South Afrika, Malawi, Zimbabwe, Namibia, Botswana, Zambia, Swaziland, Chad, Republik Afrika Tengah, Cameroon, Tanzania, Comoro, Benin, Uganda, Mesir, Aljazaair, Maroko, Tunisia, Sudan, Somalia, Djibouti,
Di hadapan para tokoh-tokoh dan ulama sedunia, Al-Qoid Muammar Khadafi, menyampaikan pidatonya dengan penuh semangat menghimbau agar semua umat Islam memegang panji dakwah ini dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Kemudian Khadafi juga mengharapkan agar segala bentuk diskriminasi yang terjadi pada ummat Islam dihilangkan. Di samping itu juga, pemimpin Negara hijau ini meminta dukungan dari para tamu undangan untuk mendirikan daulah Fathimiyah baru.
Dalam peringatan maulid ini juga, ada beberapa tokoh, kepala suku dan pemimpin negara yang menyatakan dua kalimat syahadat dihadapan Qadhafi dan para tokoh muslim lainnya. Seperti 5 tokoh dari Burkinapaso, 3 tokoh dari Uganda, 16 tokoh dari Sudan, 8 tokoh dari Benin dan Menteri Perhubungan Pantai Gading.
Dalam kesempatan ini, Indonesia mengutus 23 orang yang datang dari berbagai ormas seperti, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persis, Raabithah, Dewan Dakwah Islamiyyah, Alwasliyah, Al-Ittihadiyah, Al-Irsyad, MUI, dan Dewan Masjid Indonesia. Turut pula diantara rombongan Ustadz Muhammad Arifin Ilham, pimpinan Majlis Zikir adz-Zikra. Sehari sebelum menuju ke lokasi acara, para tokoh dan ulama Indonesia menyempatkan untuk berkunjung ke Kulliyyah Dakwah al-Islamiyah (Tripoli – Libya) dan bertemu dengan mahasiswa indonesia yang sedang menuntut ilmu di lembaga dakwah ini.
Dalam kunjungan tersebut, Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia – Tripoli, sempat mengadakan acara silaturahim bersama para tokoh utusan Indonesia, yang dilanjutkan dengan dzikir bersama ustadz Muhammad Arifin Ilham. Ikut berpartisipasi dalam acara, Bapak Duta Besar Indonesia untuk Libya, Drs, Sanusi.


Selanjutnya....