Satu Masjid Pengganti Seribu Gereja di Tanah Haram

23 Sep 2010


Oleh: Agus Supriadi, Lc

Kemarin, sempat mencuat kembali masalah tragedi WTC setelah adanya rencana pembangunan sebuah gedung mewah dua blok dari Ground Zero. Rencananya, gedung tersebut akan dilengkapi dengan fasilitas masjid, tempat olahraga, teater serta lainnya, dan itu akan terbuka untuk semua pengunjung.

Pembangunan dengan nama proyek Cordova House yang memakan dana sekitar $ 100 juta itu tak ayal menimbulkan kontroversi antara pihak yang mendukung dengan yang kontra. Penduduk sekitar lokasi Manhattan serta keluarga korban tragedi 911 cenderung menolak , sementara 28% lainnya yang nota bene kaum muslim amerika serta sebagian kecil non-muslim termasuk didalamnya wali kota tetap mendukung pembangunan tersebut.

Keluar dari masalah pro kontra dan kesepakatan yang memang sudah diambil kedua belah pihak, menurut saya ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan selaku umat muslim yang merelakan diri berjuang di jalan-Nya. Mesjid yang diklaim menjadi bentuk toleransi antar umat muslim dan dan non-muslim di negara adidaya ternyata berpotensi menimbulkan ekses negative yang luar biasa, yaitu menjadi senjata yang digunakan oleh penguasa politik superior Amerika sekaligus Negara Penjaga Seribu Gereja Roma. Dan bukan tidak mungkin akan muncul pendukung kedua kekuatan tersebut nantinya.

Proses didirikanya satu rumah ibadah di sekitar Ground Zero bisa menjadi ancaman didirikanya rumah suci gereja atau sinagoge, dengan dalih saling bertukar prinsip toleransi antar umat beragama. Mesjid di Amerika jadi symbol toleransi agama non-Islam terhadap agama Islam. Sebaliknya, pembangunan gereja atau sinagoge di Mekkah atau Madinah misalkan, menjadi bukti toleransi umat Islam terhadap non-Islam. Dengan begitu, proses meragukan umat Islam atau pun menghancurkan akidah mereka bisa dengan mudah dilakukan. Sebelum hal itu terjadi, sudah selayaknya umat Islam mencari solusi untuk permasalahan tersebut.

Proses legalisasi yang diberikan oleh Presiden Barrack Obama mengenai pembangunan mesjid di Manhattan adalah proses awal menarik simpati ummat muslim seluruh dunia tentang besarnya makna toleransi bagi umat non-muslim terhadap Islam juga sebagai panggung sandiwara bahwa Amerika senantiasa menjunjung tinggi visi negerinya seperti yang dikutip dari pernyataan Presiden Barrack Obama "Ini adalah Amerika dan komitmen kita terhadap kebebasan beragama tidak boleh goyah."

Sikap kehati-hatian terhadap setiap berita serta tindakan orang-orang yang keluar dari batas-batas agama ataupun non-muslim seperti yang disuratkan dalam surat al-Hujurat : 6 adalah hal mutlak yang harus dilaksanakan. karena setelah melalui pengalaman yang telah teruji diberbagai peristiwa sejarah umat Islam ketika berinteraksi dengan para kaum fasiq, banyak kesepakaan atau pernyataan yang telah dibuat akan tetapi berujung pada pengkhianatan dan pembatalan kesepakatan. Pernyataan yang dilontarkan tak lebih dari pemanis bibir belaka.

Aspek lain yang layak menjadi perhatian umat muslim ketika pembangunan mesjid yang berlokasi di sekitar Ground Zero dengan luas 3000 m persegi adalah memperbaiki citra buruk akan tragedi yang tidak pernah dilakukan. Harus membuktikan bahwa Islam adalah symbol of the peace for the world.

Islamophobia yang sampai sekarang terjadi menjadi PR utama bagi saudara kita yang bergerak dalam proyek Cordova House serta kaum muslimin secara universal dimanapun mereka berada. Pada akhirnya, kesatuan umat Islam seluruh dunia menjadi syarat paten eksisnya citra baik Islam yang berfungsi sebagai agama yang memiliki prinsip penebar kebaikan bagi seluruh alam. Wallahu a'lamu bishowab. []

0 comments:

Posting Komentar