Andai dia tahu …

21 Agu 2008

:) Andai dia tahu :) …
Kurangkai kata tak bermakna
Hidupkan batu penuh bisu
Ku malu dan tersipu. Walau
Hadirnya hanya dalam
Hayalku
Andai dia tahu …
Hadirnya benamkan mega Cleopatra
Pecahkan dahaga safir sahara
Beritahu dia … bisikkan padanya
Ku rindu akan hadirnya …

Sejak mengenal Hani, aku semakin pintar menulis puisi. :L Sepertinya aku tak pernah kehabisan kata-kata. Sudah kedelapan kalinya aku mengirimkan bait-bait puisi. Aku tak pernah berputus asa. Walaupun Hani tak pernah membalasnya." Ahh… akhirnya selesai", gumamku sambil kututup diary kecil berwarna silver itu. Lalu ku berdiri membuka jendela kamar yang basah dengan butiran-butiran embun.
"Hmm… segar… kembali kuhirup udara pagi yang masih segar. Kulihat sepasang merpati putih terbang rendah saling menyatukan paruhnya. Kemudian kembali menghilang. "ooh… andai gadis itu bersamaku disini … " aku mulai berandai-andai.

Bila kita mencintai yang lain
Mungkinkah hati ini akan tegar
Sebisa mungkin tak akan pernah
Sayangku akan hilang …

Sambil menikmati lagu duet Acha dan Irwansyah, aku mencoba mendeskripsikan wajah gadis itu. Cantik… manis… anggun… ramah. Sejuta katapun tak akan bisa kuungkapan akan kelebihan yang ada dalam dirinya. Lagu itu benar, semua serba indah, tampak baik, dan menyenangkan hanya dengan empat huruf : L O V E. :L

* * *

"Rif, minggu depan ada kajian keislaman, ikutan yuk!!!" ujar Rizal sahabat karibku sejak kecil. "Ah… gue males ikut yang kaya' gituan, tugas gue numpuk. Gue harus nyari referensi untuk mata kuliah manajemen bisnis, en gue nggak mau IP jeblok gara-gara kegiatan itu" aku memandang sejenak ke arah Rizal dan terus melangkah menuju parkir mobil."Jangan nolak dulu donk, dijamin deh, loe nggak bakalan rugi." Tampak Rizal di samping mobilku. "Dah yuk masuk, gue laper nih" ajakku sambil membukakan pintu untuknya. " Zal, denger yah, sekarang tuh orang yang sering ikut kelompok pengajian disangka teroris, en gue nggak mau mendekam di penjara atau ditembak mati polisi kayak Amrozi Cs." Sahutku sambil menghidupkan mesin mobil."Rif, loe nggak boleh memandang satu kelompok dari sisi negatifnya saja donk, coba loe liat gue sejak ikut pengajian itu, gue tambah alim kan?!" tukasnya seraya merapikan rambut dengan jarinya. Aku menatapnya sekilas. "ha…ha… zal, loe alim tapi masih pacaran!" Bantahku. "ya... gue kan baru ikut satu kali, nanti kalo udah tiga atau empat kali, gue baru mau jadi ikhwan yang sesungguhnya."
"Beener nih??? Kalo gitu Novinya buat gue yahhh?? Ujarku menggodanya:D. Matanya melotot sambil menggeser tempat duduk:@. "wah… jangan main serobot gitu donk, enam bulan tuh gue bergerilya buat naklukin tu cewek".
" ha… ha… gak janji deh!!! Bisikku pada Rizal..

***
< Rif, mo ga' k pengajian? Aq tggu d kosan>
Kubaca SMS dari Rizal. Tuh anak nggak bosen-bosennya nyuruh aku ke pengajian. Sudah lima kali dia merayuku, tapi kalo' harus menolak untuk yang keenam kalinya kasihan juga sih…
akhirnya aku memutuskan untuk pergi.
" Zal, loe tuh bener-bener gak bisa manfaatin waktu deh, minggu pagi kayak gini, enaknya nonton, jalan-jalan ke mall atau maen bola." Aku langsung nyerocos begitu masuk kamar Rizal.
Dia tersenyum simpul, sambil sibuk merapikan baju kokonya di depan cermin. Aku pun geram bukan main, tapi cuma bisa menahannya dalam hati. Ujung-ujungnya dongkol abis.
"udah deh loe jangan banyak komenter dulu, yuk!!!" Bujuknya kemudian.
Masjid Baiturrahman tampak dipenuhi jamaah. Tampak orang-orang berpakain rapih datang berduyun-duyun ke arah pintu masjid. Kami terus melangkah ke dalam. Kuedarkan pandangan ke seluruh penjuru mesjid, tampak jamaah laki-laki dan perempuan dipisahkan dengan kain pembatas.
"Yah… nggak bisa cari gebeten donk" keluhku dalam hati.
" Maka bertakwalah kita semua kepada Allah, Tuhan semesta alam…" pesan ustadz Rahbini kepada jamaah. Kulihat Rizal begitu antusias mendengarnya sesekali kepalanya mengangguk kemudian mencatat ucapan ustadz tersebut dalam note book. Sejam berlalu tapi ustadz Rabbini belum mengakhiri ceramahnya. Tidak ada diskusi. " Ahh …membosankan" gerutuku dalam hati.
Loe tidur Rif…ampuun, gak mau dapat pahala loe..?? Rizal terkejut menyadari aku tengah tertidur. " Bangun dong, wah malaikat bisa bingung nyatet amal loe tuh, pergi ke masjid bukannya cari pahala, eh… malah sampai sini tidur." Bisik Rizal padaku, sambil mencolek lenganku. "Udah yuk pulang, gue laper" pintaku memelas."Sebentar lagi selesai, 15 menit lagi." " yah…."
Setelah pengajian selesai, aku dan Rizal bergegas menuju tempat parkir. Tiba-tiba langkahnya terhenti " Riz…tunggu ya… gue ada perlu sama Hani."
" Hani siapa?" Tanyaku heran."Loe mau kenalan?" Dia salah satu akhwat yang aktif mengikuti pengajian ini dan bendahara LSM tim SMART. Dialah yang menyarankan aku untuk ikut pengajian ini."
"Siapa takut." Ujarku enteng." Giliran melototin cewek, gak ngantuk loe, dasar buaya."
" Eh… Rif kenalkan, ukhti Hani, mahasiswi UNY Jurusan pendidikan bahasa Inggris semester 4." Rizal memperkenalkan gadis tersebut, sambil melirik padaku."Cantik bangett……gak rugi gue ke sini." Gumamku dalam hati." LSM kita akan mengadakan penyuluhan pada masyarakat, khususnya pelajar SMA mengenai kesehatan reproduksi" sambungnya lagi."Gimana ukhti, persiapannya? Kalau sudah beres, tolong hubungi saya. Hari ini saya akan meninjau lokasinya."Si jilbab biru hanya menganggukkan kepala. Tatapannya tetap menunduk.
" Zal, elo belom ngenalin nama gue." Bisikku pada Rizal " Oh... ya hampir lupa, ukhti ini Rifqi Riyadi, mahasiswa UGM jurusan ekonomi semester akhir." Aku pasang senyum semanis mungkin seraya mengulurkan tangan. Namun si gadis itu hanya tersenyum tanpa menerima uluran tanganku.
"Gak boleh pegangan tangan!" Seru Rizal di dekat telingaku."
"Oh… maaf." Tambahku kemudian."Enggak papa kok, ngomong-ngomong mas Rifqy baru kali ini ikut pengajian?"
" sebenarnya, ya… ehm… aku….aku banyak tugas, jadi… ya… ya….gak sempat."
"ya sudah, semoga kita bisa ketemu lagi, mari, assalamu'alaikum." Ujarnya, kemudian pergi.
Sejak kejadian itu, aku tidak bisa berkonsentrasi, bayangan wajah Hani selalu melintas di benakku. Aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. Kini aku lebih sering ke pengajian. Bahkan kalau Rizal sibuk, aku berangkat sendirian. Sebenarnya sih aku cuman pengin ketemu Hani. Sejak saat itu pula, aku mencoba menulis puisi. "
Adindaku, engkaulah yang terindah, di dalam segala-galanya yang indah
tatkala terbitnya cahaya fajar kemerah-merahan
tatkala kuntum-kuntum kembang memekarkan kelopak
tatkala ombak menggulungi kebiruan samudera
tatkala rumput yang menghijau menari-nari dihembusi sang bayu"
kurangkai kata-kata di atas selembar kertas surat berwarna pink. Ah….bahasanya kurang konotatif" keluhku sambil membuang kertas tersebut. Aku mengambil kertas lain, memejamkan mata, dan mencoba merangkai kata-kata.
" cintaku padamu, ibarat garam melezatkan segala masakan"
Lha…kok jadi mirip iklan masako. Ah..susah banget, ternyata bikin puisi lebih sulit daripada menghitung kativa perusahaan. Kubuang kertas untuk ke lima kalinya. Aku mencoba berpikir lebih keras lagi.
" Andaikan hatimu sebuah sistem, jangan ada kata " you don’t have permission to acces it" untukku kalau gak mau di ping flood atau D dos attack"
Ah…..kacau pikiranku malah ke mesin. Adinda …cintaku padamu seperti energi realitifitas cahaya. Sangat cepat tak bisa tertandingi oleh energi apapun………." Lha…malah bahas fisika deh…"
Apa gue harus telepon si Rizal yaa??….ga..!! bisa runyam kalau dia tahu, bisa –bisa dia melarang gue untuk ikut pengajian " tanyaku pada diri sendiri
setelah membuang tiga pak kertas, akhirnya aku hanya bisa menuliskan kata-kata " Gadisku….aku sangat mencintaimu namun adakah kau mau..?
kuletakkan kertas berwarna pink bermotif bunga mawar itu ke dalam amplop yang senada. " Ehm….besok akan kuselipkan surat cinta ini di buku yang aku pinjam dari Hani, setelah itu dia akan membalas cintaku, kemudian aku akan memeperkenalkannya pada bunda." " Bunda, tgl 15 Desember saat hari ulang tahunmu, akanku perkenalkan calon mantumu". batinku riang.
***
Hari ini mas Bagus datang dari Jakarta, kaka semata wayangku itu datang secara tiba-tiba, katanya siih ingin menyiapkan surprise saat ulang tahunku. " Uhh..gak biasanya dia perhatian padaku".
25 Oktober jam 20.00 Hari ini adalah ulang tahunku yang ke 22, Bunda dan mas Bagus mengajakku keluar. Aku hanya mengikuti mereka tanpa ingin tahu tujuannya, oleh karena itu aku menolak tawaran bunda yang mengadakan pesta untuk memeperingati hari kelahiranku. " Selamat ulang tahun yaa…sayang…" ujar mama sambil mencium pipiku dengan segenap kasih sayang sebelum masuk mobil.
" selamat ulang tahun juga yaa….!! Kami akan menghadiahkan sesuatu yang akan berharga bagimu" seru mas bagus sambil memelukku. " Ehm….aku juga tidak mau kalah, tanggal 14 Desember, saat ulang tahun bunda aku juga akan mempersiapkan kado yang terindah" bisikku pada mas Bagus.
Sosok Hani kembali memenuhi pikiranku.." Ah….dia memang sosok yang sangat sempurna.".
Mobil kami memasuki komplek perumahan mewah setelah sampai, seorang pembantu rumah tangga membukakan pintu pagar lebar-lebar menyuruh kami masuk. Rumah yang mewah dan kebun yang diatur dengan rapi membuatku kagum dengan yang punya rumah. Tapi aku belum ingin menanyakan siapakah sang pemilik rumah dan kaitannya dengan kedatangan kami. Sesaat kemudian sepasang suami istri paruh baya datang menyambut kami dengan penuh kehangatan. Lalu mas bagus dan bunda saling bercakap-cakap. Tampaknya mereka sudah lama saling mengenal. Sebelumnya mas bagus memeperkenalkanku pada mereka. Aku sendiri memilih diam, hanya mendengarkan percakapan mereka. Dari situ aku tahu bahwa malam ini adalah pertunangan mas bagus dengan calon istrinya, Lina. Hadiah ulang taunku rupanya adalah seorang kaka ipar. " seperti apa ya..wajahnya? mungkinkah lebih cantik dari Hani?" tanyaku dalam hati.
Dua puluh menit kemudian keluar seorang gadis menggunakan gaun panjang dilengkapi kerudung putih bermotif bunga. Kepalanya sedikit menunduk.." Rif..!! ini calon istri mas, kaka iparmu!!" gadis itu mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Hani marlina, kita sudah saling kenal kan?" mas bagus sudah bercerita banyak tentangmu! ujarnya lembut.
Aku tidak yakin dengan pendengaranku. Lidahku kelu aku tak bisa berkata-kata, bagaiman dengan surat-surat itu?, bagaimana dengan hadiah pada tanggal 14 Desember? ah..aku malu ingin segera kutinggalkan tempat ini, Gadis itu adalah Hani alias Lina, kenapa aku tidak berfikir sebelumnya?..
Aku hanya terdiam terpaku saat mas bagus memakaikan cincin pada jari manis Hani. Ah…aku bener-bener sial !!!!

0 comments:

Posting Komentar