Sukses dengan Perubahan

20 Agu 2008

Saya rasa kita semua memahami bahwa untuk mencapai sukses harus berubah. Tetapi, mengapa cukup banyak orang yang begitu takut untuk berubah? Manusia adalah makhluk dengan kebiasaan. Kebiasaan inilah yang akhirnya membentuk mereka sekarang, walaupun seringkali tidak benar-benar bahagia dengan apa yang didapatkan.

Hukum kebiasaan mengatakan bahwa perilaku kita diatur oleh kebiasaan. Apabila tidak ada keputusan yang jelas dari dalam atau rangsangan dari luar, maka kita akan terus berperilaku sama. Akibatnya, kita tidak ingin berubah. Sebab, manusia cenderung mengulang-ulang hal yang sama bahkan ketika metode, strategi, atau prosedur yang digunakan tidak juga memberikan hasil yang didambakan.
Kita tidak ingin berubah karena perubahan dianggap menimbulkan ketidakpastian. Kita memilih tidak berubah karena perubahan tidak selalu mengenakkan.
Hal-hal inilah yang menyebabkan kita yang tidak ingin berubah dan lebih memilih hidup dalam zona nyaman alias comfort zone. Dan pada akhirnya memilih untuk tidak berubah atau tetap melakukan hal yang sama karena berpendapat bahwa lebih aman tidak berubah dan hasil yang akan didapatkan sudah pasti.
Pendapat ini sangat keliru karena tidak berubah sama tidak pastinya dengan kondisi bila perubahan dilakukan. Jika kita tidak berubah atau terus saja melakukan apa yang selama ini kita lakukan, sudah dapat dipastikan kita akan selalu mendapatkan apa yang selama ini kita dapatkan atau bahkan mungkin tidak akan mendapatkan apa yang selama ini kita dapatkan. Sangat tidak realistis jika kita mengharapkan hasil yang berbeda sementara kita tetap saja melakukan hal yang sama.
Ada alasan lain yang membuat orang-orang sukses dan perusahaan-perusahaan yang berkembang selalu berupaya untuk melakukan perbaikan terus-menerus atau yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir: continuous improvement and never ending improvement. Perbaikan terus-menerus ini oleh bangsa Jepang disebut dengan istilah kaizen. Kata kaizen dalam bahasa Jepang berarti: perbaikan terus-menerus. Prinsip perubahan dengan perbaikan bertahap inilah yang menjadikan bangsa Jepang maju pesat terutama dalam perkembangan teknologinya.
Milikilah hasrat untuk memperbaiki diri terus-menerus yang akan membuat terus bertumbuh dan berkembang mencapai potensi maksimal. Prinsip perbaikan bertahap merupakan faktor keberuntungan, kunci yang dapat digunakan dalam pekerjaan.
Di bawah ini kata-kata yang tertukis pada atas batu nisan oleh seorang uskup anglikan (1100 SM) dalam kuburan bawah tanah Gereja Westminister Abbey yang juga dikutip oleh Soemarsono Soedarsono dalam bukunya, Character Building alias Membentuk Watak.
“The willingness to change when I was young and free, and my imagination has no limits, i dreamed of changing the world, as i grew older and wiser, i discovered the world would not change, so i shortened my sights somewhat and decided to change only my country but it too seemed immovable, as i grew into my twilight years, in one last desperate attempt, i settled for changing only my family, those closes to me, but alas, they would have none of it. And now as i lay on my deathbed, i suddenly realize if i had only change myself first, then by example i might have changed my family From their inspiration and encouragement, i would then have been able to be better my country, and who knows, i may have even change the world. (An Anglican Bishop, 1100 AD, as written in the Crypts of Westminster Abbey).”
”Hasrat untuk berubah ketika aku masih muda dan bebas berhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia, seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah. Maka, cita-cita itu pun agak kepersempit. Lalu, kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun tampaknya, hasrat itu pun tiada hasil ketika usiaku semakin senja. Dengan semangatku yang masih tersisa kuputuskan untuk mengubah keluargaku, orang-orang yang paling dekat denganku. Tetapi celakanya, mereka pun tidak mau diubah. Dan kini, sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari: ”Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku, maka dengan menjadikan diriku sebagai teladan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negaraku. Kemudian, siapa tahu, aku bisa mengubah dunia.”
James Redfille menegaskan, “If you want to change the world, you first have to change yourself.” Demikian juga novelis Leo Tolstoy menegaskan, ”Semua orang berpikir mengubah dunia, tetapi tidak seorang pun berpikir mengubah dirinya sendiri.” So, intinya jika kita ingin mengubah dunia, pertama-tama kita harus mengubah diri kita sendiri dan jangan pernah berpikir bahwa orang lain yang harus berubah tetapi kitalah yang harus berubah jika memang ingin berhasil atau sukses….
Tidak mungkin ada sukses tanpa perubahan. Buatlah keputusan yang jelas untuk berubah sehingga sukses akan memihak kita dan jangan menunggu situasi yang begitu buruk yang memaksa kita untuk berubah.
Penulis tidak menafikan bahwa perubahan dapat menimbulkan ketidakpastian juga beresiko dan selalu ada kemungkinan bahwa suatu perubahan yang dilakukan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Namun, jika kita tidak pernah mencoba sesuatu yang baru, maka sudah dapat dipastikan kita tidak akan pernah maju. Orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan. Calculated risk.
Jika kita ingin sukses, maka kita pun harus berani mengambil resiko seperti orang-orang sukses. Ann Landers menegaskan bahwa resiko tetap harus diambil karena bahaya terbesar dalam kehidupan adalah tidak berani mengambil resiko. ”Orang yang tidak berani mengambil resiko, tidak melakukan apa pun, tidak punya apa pun, dan bukan apa-apa. Mungkin ia menghindari penderitaan dan kesedihan, tetapi ia tidak bisa belajar, merasakan, berubah, bertumbuh, dan mencintai. Oleh karena dirantai oleh kepastiannya, berarti ia adalah budak. Hanya orang yang berani mengambil resiko sejalah yang merdeka!” kata Landers.
Paulus Winarto dalam bukunya, Reach Your Maximum Potential, menegaskan bahwa: ”Orang-orang yang tidak berani mengambil resiko ibarat mereka yang hanya mampu melihat bunga mawar sebagai bunga berduri. Mereka tidak berani mendekat karena selalu takut tertusuk duri. Sebaliknya, mereka yang berani mengambil resiko mampu melihat keindahan mawar di balik durinya yang tajam. Mungkin pada tahap awal mereka akan tertusuk duri, namun lambat laun mereka semakin ahli untuk menghindarinya dan semakin dapat menikmati keindahan bunga berduri ini.”
Memang betul bahwa berubah tidak selalu menyenangkan. Kalaupun dalam proses perubahan tersebut berjalan mulus tanpa terasa ada rintangan yang berarti, mungkin itu bukan perubahan. Perubahan selalu menuntut pengorbanan. Namun, perubahanlah satu-satunya sarana efektif untuk kehidupan yang lebih baik dan untuk mencapai kesuksesan. Dalam bukunya, Thinking for A Change, motivator sekaligus pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell menyatakan bahwa: ada enam langkah yang dapat mengubah hidup kita.
Pertama, harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara berpikir akan mengubah keyakinan kita. Kedua, jika keyakinan kita berubah, harapan kita berubah. Ketiga, jika harapan kita berubah sikap kita berubah. Ke empat, jika sikap kita berubah, perilaku kita berubah. Kelima, jika perilaku kita berubah, kinerja kita berubah. Keenam, jika kinerja kita berubah, hidup kita berubah.
Sejak 450 tahun Sebelum Masehi, seorang bijak bernama Heraclitus telah mengingatkan kita, ”Tidak ada yang permanen, kecuali perubahan!”
Ya, perubahan akan terus terjadi baik diharapkan mapupun tidak karena tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Beradaptasilah terhadap perubahan yang dibutuhkan sehingga perubahan yang akan terjadi tidak mengagetkan kita atau bahkan memaksa kita untuk berubah. Victor Chasles bahkan pernah mengatakan, ”The sure way to miss success is to miss the opportunity.”
Ya, cara pasti untuk melewatkan kesuksesan adalah dengan melewatkan kesempatan yang ada termasuk kesempatan untuk berubah. Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan yang amat sangat berharga untuk berubah sebelum semuanya terlambat. Wallahu 'alam.

By, Bint Abd Qodir

0 comments:

Posting Komentar