Antara Takdir dan Hasil

20 Agu 2008

Perkara takdir terdapat pada urutan ke enam dari rukun iman. Satu yang harus kaum muslimin yakini sepenuhnya adalah perkara yang sampai sekarang banyak dari mereka sulit menerimanya. Karena bagi mereka yang tidak bersungguh-sungguh memahaminya serta meyakininya, maka dia akan sering mencaci serta menentang Allah Swt. Akhirnya, akan membawanya kepada kekufuran. Sebab, hasil yang mereka dapatkan sering tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan.

Kesempatan yang dirasa emas inilah yang dijadikan fasilitas utama bagi orientalis dan para ”teroris” penghancur Islam untuk mengapresiasikan QSdari Al Baqarah:120.
Takdir sering bertentangan dengan hasil yang kita perkirakan, terkadang juga sesuai. Karena takdir gaib, manusia terhijab darinya. Manusia dibuat penasaran olehnya. Contoh sangat kongkret adalah yang termaktub dalam kitab Arbain karangan Syeikh Imam Abi Zakariyya Yahya bin Syaraf yang dikenal dengan Imam Nawawi (631--676 H), ”… Maka, demi Allah, yang tiada Tuhan selain-Nya, ada seseorang diantara kalian mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dengan surga kecuali sehasta. Kemudian, ia didahului oleh ketetapan (Allah), lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka, ia pun masuk neraka… dan sebaliknya….” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Hadits syarif ini menunjukkan bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan apa-apa dalam menentukan akhir dari usahanya, dan juga bukan berarti menyeru kita berpasrah diri tanpa adanya usaha.
Patut diketahui oleh setiap muslim bahwa keberhasilan terkadang didapatkan secara tidak langsung atau juga mungkin akan didapatkan dalam lain kesempatan yang-- Allahu a’lam-- pada saat itu kita lebih membutuhkannya. Penulis teringat kata-kata Bang Yusuf ketika pria asal Depok itu menjabat bidang olahraga dan seni. Waktu itu, Indonesia gagal di piala ASEAN 2007, dan kalau tidak salah kata-kata ini adalah hasil wawancara yang dilakukan oleh reporter Sahara. Kata-kata ini juga sering digunakan para pemikir di Indonesia, ”Bahwa kekalahan/ kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.”
Alhamdulillah, kata-kata ini terbukti pada perhelatan piala ASEAN 2008, Indonesia meraih kemenangan yang tertunda tersebut. Ya, pastinya setelah melalui hujan dan panas, ditambah tamparan debu dan hawa Libya yang hampir menggosongkan wajah.
Maka, dalam hal ini perlu kita selalu memahami bahwa ada orang yang bekerja keras, tetapi hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang ditargetkan, (maaf) ada yang bersungguh-sungguh mencari pasangan yang ideal sehingga menghalalkan banyak cara tapi akhirnya menikah dengan yang lain juga. Ada juga yang belajar sungguh-sungguh, begadang malam, mengurangi jam tidur, makan hampir lupa, bahkan sampai menghindari berbicara dengan orang lain, tapi rupanya nilai yang didapatkan jauh dari yang diimpikan. Ketahuilah semua telah ada digenggaman sang Kholiqun nas.
Para pembaca yang budiman patut diketahui bahwa setiap orang yang bersungguh-sungguh akan menerima hasil usahanya, dan ini adalah sunnatullah dalam kehidupan. Allah Swt berfirman, ”Dan bahwasanya seseorang tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS AnNajm: 39).
Dalam ayat lain Allah berfirman, ”Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Ankabut: 69).
Kalau penulis boleh memberikan nasihat, ”Dalam kehidupan ini jagalah selalu tiga hal: (1) niat yang ikhlas dalam setiap amalan, (2) bersungguh-sungguh, dan (3) doa serta sabar.”
Akhirnya, teruslah berjuang dan tetap semangat. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Arfiansyah Harahap

0 comments:

Posting Komentar